Komedi Yang Hampir Jadi Tragedi By Pakde Azir



Resensi cerpen “Lembur” karya Lilik Qurota Ayunin

Salah satu kekuatan sebuah cerpen adalah membuai pembaca hingga tiba pada anti-klimaks yang merupakan inti dari pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Ada beberapa macam pesan, namun semanya terpolarisasi pada dua genre, yaitu :
(1) Komedi atau kisah jenaka atau sense of humor  dimana pengarang mengarahkan karangannya dengan tujuan (pesan) agar pembaca merasakan sentuhan lucu, walaupun bukan bermaksud melawak.


(2) Tragedi atau kisah sedih, yaitu karangan dengan tujuan (pesan) membuai perasaan pembaca agar merasa terharu setelah membaca karangannya.Termasuk juga dalam kategori komedi adalah parodi  dan unsur kejutan,  dalam konteks cerpen ini, kejutan yang ingin dibuat oleh Tagu terhadap Kasih. Di awal cerita, bukan saja Kasih yang tertanya-tanya, bahkan pembaca pun diajak untuk menghayal, apa sesungguhnya maksud dan tujuan pengarang (melalui Tagu) dengan bekerja lembur tanpa membawa hasil.
Kisah yang bergenre komedi ini berakhir nyaris menjadi tragedi ketika Tagu pulang berdarah-darah. Di sini Lilik cukup piawai mengaduk-aduk emosi pembaca, sampai akhirnya pembaca faham mengapa Tagu harus bekerja lembur tanpa hasil. Anti-klimaksnya tertuang dalam ucapan Tagu kepada Kasih : “Untukmu, Sih,”  sedangkan endingnya terasa manis sekali pada rangkaian kalimat : Kasih tidak bisa berkata-kata. Dia tiba-tiba ingat, ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka.
Karangan ini bisa menjadi full komedi,  kalau pulang berdarah-darahnya Tagu itu hanya pura-pura. Misalnya, Tagu melumuri badannya dengan cat, lalu diantar pulang oleh kedua tetangganya yang sepakat bersandiwara bersama Tagu untuk membuat kejutan kepada Kasih. Tetapi anti-klimaksnya juga bisa menjadi full tragedi  seandainya Kasih mengidap penyakit jantung sehingga mati mendadak ketika melihat Tagu berdarah-darah.
Inilah sebuah cerpen yang memiliki potensi genre bermacam-macam. Bisa jadi tragedi, bisa jadi komedi, atau setengah tragedi dan setengah komedi. Bukan ditentukan oleh Tagu dan Kasih, melainkan oleh Lilik, hanya dengan “menyetel” anti-klimaks dan ending-nya. Cukup hanya dengan satu alinea untuk merubah seluruh imaji pembaca sejak awal membaca.

Diskusi panel selengkapnya sebagai berikut :

(1) YULI (Aunti Yuli) : Ceritanya bagus, sederhana tapi mengusik.

Jawaban Lilik :  Makasih ya … Yuli adalah komentator pertama pagi ini di lapak saya.

Tambahan Yuli :  Saya selalu baca apa pun yang dikirim Pakde, dan kalo signal bagus pasti akan kasih koment. Tapi kalo jelek signalnya nggak hadir. Hehehe.
Ceritamu sederhana dan ringan, jadi bagus dibaca disertai segelas kopi dan pisang goreng.

Jawaban Lilik :  Kondisinya sama dengan di Sumba. Sinyal selalu pake acara ngambek-ngambekan. Hihihi.
Enak tuh, Yuli, pisgornya. Sesuatu yang terlalu enak kadang bikin enek. Sama halnya seperti sebuah cerpen. Menurut saya, sebuah cerpen haruslah mudah dipahami, bahasanya sederhana, tapi ramuan cerita harus memikat. Ibarat pisgor. Sederhana, tapi nikmat, asal adonan tepungnya dan cara menggorengnya pas. Sedaaap .... Tapi, mungkin cerpen saya masih mengandung kelemahan-kelemahan yang saya tidak tahu. Mungkin Yuli dan teman-teman lain bisa menunjukkan kepada saya.

Ressume Panel :  Dialog Yuli dan Lilik tampak sederhana, tetapi bagi Pakde ini merupakan penggambaran bagaimana proses komunikasi yang “nyambung” dari pengarang selaku pengirim pesan (sender)  dan pembaca selaku penerima pesan (receiver).  Terjalinnya komunikasi itu diibaratkan oleh Lilik dengan sebuah contoh sederhana : pisang goreng. Apa yang membuat pisang goreng terasa enak? Ada dua : adonan tepung, dan teknik penggorengannya. Analog dengan itu, apa yang membuat cerpen enak dibaca? Ada dua : alur cerita, dan teknik penuturannya.

(2) PENA SUM :  Ternyata Tagu adalah … ah, takut suudzon  ah ….

Jawaban Lilik :  Tagu adalah apa ...?

Tambahan Pena :  Tagu adalah … saya sebut ini dengan istilah 'missing side alter ego character personality syndrome'.  Silahkan maknai, Teh.

Jawaban Lilik :  Makanan apa atuh eta teh, meuni hese  nyebutinnya juga. Itu semacem lelaki yang siang sama malem lain penampilannya kituh? Lieurrr ih. Sok atuh  jelasin.

Tambahan Rini :  Wai ... maka kawak bepadah mecungul,  nah ... urang mane pian ne .... 


Tambahan Pena :  Sot we bebas teh maknai masing masing.

Jawaban Lilik :  Rini, ampuun, saya nggak ngerti bahasa Kalimantan. Kan saya mah urang Sunda atuh .... 
Euleuh-euleuh, Pena, semakin remang-remang, ih.

Tambahan Rini :  Hihihi ... pantes nyambung ngobrol ama si Kabayan.
* Kabayan = Pena Sum.

Jawaban Lilik :  Hahhaaha, berarti Pena Sum = Borokokok, dong
Pena, just kidding. 


Tambahan Rini :  Borokok yg cerdas ....
* Pena dilarang mesem.

Jawaban Lilik :  Rini, tuh si Pena idungnya kembang kempis dibilangin cerdas ... hihihi.

Tambahan Pena :  Nah, kurang lebih gitu teh, 'remang remang'.  Soalnya saya sedikit punya persepsi lain tentang karakteristik penokohan Tagu. Mungkin kesan nya 'hero' tapi dalam visi saya jadi 'hero?' terlepas dari background profesinya.
Hehe, santai teh. Abah lah gara-gara na mah lah. Iteung … hehe.

Jawaban Lilik :  Meskipun masih remang-remang, tapi baiklah. Sebuah tulisan ketika sudah dipublish sudah jadi milik pembacanya. Pembaca bebas memberikan interpretasinya terhadap tulisan itu. Penulis tidak bisa lagi menyetir pembaca untuk mempersepsikan tulisannya sesuai kemauannya. Sok, mangga wae lah, bade dipersepsikeun kumaha wae oge.  Bebas, Pena. Nu penting mah cihuy we lah. 

Ressume Panel :  Setelah Pena menggulirkan masalah, lalu ditinggal pergi. Ayo, Pena … jelaskan kritikan Pena mengenai karakteristik tokoh Tagu. Bagi Pakde, Tagu tampil dengan sosok apa adanya. Dia ingin membuat kejutan buat istrinya. Hampir saja misinya gagal karena dirampok, tetapi Lilik “menyetel” anti-klimaks cerita dengan kolaborasi antara happy ending  dan sad ending.


(3) ANGGRA (Ludyaa Anggraini) : Ceritanya bagus banget. Ending sempet bikin jantung dag dig dug derr .... Bikin air mataku jatuh. So sweet,  Kasihan sama Tagu-nya.
Oh ya, dipan itu apa, kak?

Jawaban Lilik :  Hai, Anggra. Pagi ini kamu cantik banget, deh. Ehem.
Dipan itu tempat tidur yang terbuat dari kayu. Bisa juga berfungsi sebagai tempat duduk karena ada kalanya kalau di kampung di Sumba dipan diletakkan di ruang tamu. Jarang-jarang orang kampung tidur menggunakan kasur. Cukup dialasi dengan tikar pandan.

Tambahan Anggra :  Pagi-pagi udah ada yang bilang aku cantik. Ntar nggak bisa keluar dari kamar, pintunya nggak muat.
Kalo kayak gitu nggak ada kak di tempat aku. Makanya aku nggak tau. Tapi kalo tikar pandan, ada kak.

Jawaban Lilik :  Emangnya Anggra balon ya, kok bisa melembung gitu, hihihi.
Iya, di pelosok Sumba masih dipakai tempat tidur seperti itu. Malah kalau di rumah-rumah menara  (sebutan rumah adat Sumba) yang umumnya dibuat dari bambu gelondongan, mereka tidur langsung di lantai rumah yang disusun dari bambu-bambu gelondongan itu. Ngak kebayang gimana pegelnya.

Ressume Panel :  Anggra yang tidak tau bagaimana bentuk “dipan,” itu hanya karena pemberian nama lokal. Di mana-mana juga ada. Buktinya, Utz (lihat nomor 8) yang notabene juga orang Jawa Timur seperti Anggra, tau apa itu “dipan”. Ini berasal dari bahasa Belanda : divan, atau biasa juga disebut rosband (juga dari bahasa Belanda). Padanannya dalam bahasa Indonesia : bale-bale. Ini adalah tempat tidur yang terbuat dari kayu, bambu atau kain. Yang terbuat dari kain disebut juga veldbed, bisa dilipat-lipat, biasa dipakai oleh tentara di waktu perang, dan buat pasien di rumah sakit.
Dipan tidak digolongkan sebagai ranjang (bed),  melainkan ranjang lapangan (veldbed),  karena ukurannya tidak standar. Ranjang memiliki ukuran standar panjang 2 meter dengan lebar 1,8 meter (ranjang size 1); 1,6 meter (size 2), dst.
Orang-orang di kampung sudah lupa kalau “dipan” itu unsur serapan dari bahasa Belanda. Ini bukti bahwa globalisasi itu tidak selamanya dimulai dari kota. Ada sebuah pengalaman Pakde, ketika mengunjungi seorang keluarga di desa. Dia berkata : “Pakde, saya mau menikahkan anak. Supaya tidak repot mencuci, saya mau titip beliin serbet yang terbuat dari kertas, habis pakai langsung dibuang. Praktis. Saya tidak tau apa namanya dalam bahasa Indonesia. Kalau di kampung namanya tissu.”

(4) NANA (Ratna Kholidati) : Ceritanya bagus, bahasa yang dipakai juga simple, Nana suka. Cerita kehidupan keluarga sederhana yang banyak dialami oleh banyak orang di sekitar kita. Bikin penasaran nih Jeng, si Pagu itu merampok cincin lalu digebukin orang? Atau ... harus ada sekuel LEMBUR 2 nih, untuk menjawab pertanyaan ini. OK, terus berkarya, Jeng Lilik ... semoga sukses.

Jawaban Lilik :  Alhamdulillah kalau Jeng Nana suka. Sebenarnya Tagu bukan Pagu. Dia bekerja membanting tulang demi mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk membelikan sebuah cincin kawin yang belum sempat dia beri pada istrinya saat mereka menikah. Dan di saat pulang dari kota setelah membelikan cincin kejutan untuk istrinya itu, dia dirampok. Bukan dia yang merampok. Coba deh, Jeng Nana cermati cerpennya sekali lagi.

Ressume Panel :  Ini hanya karena Nana sedikit kurang cermat. Tapi ini konsekuensi dari cara membaca vertikal  yang mungkin digunakan oleh Nana. Pada umumnya orang membaca secara horisontal (dari kiri ke kanan, kata demi kata). Tetapi bagi mereka yang setiap hari harus membaca beratus-ratus halaman buku teks, atau memeriksa PR murid-murid yang se-ombyok,  waktunya tidak cukup kalau harus membaca horisontal. Jadinya membaca vertikal, dari atas ke bawah, baris demi baris. Memang ada untung-ruginya. Contoh ruginya, Tagu (nama orang), jadi terbaca Pagu (padanan kata plafon, biasa dipakai dalam penyusunan anggaran).

(5) ARIF WIDODO :  Mendadak beli tissu.

Jawaban Lilik :  Teteh udah siapin tissue juga nih ....

Ressume Panel :  Sedia tissu sebelum baca.

(6) BUARI MUCHAMMAD : Cerpen bagus. Tidak ada baris-baris yang kulewatkan. Tema sederhana, tapi penulisan bijaksana. Sampai aku ulangi dua kali untuk memuaskan imajinasi saya.
Moga Apresiasi Sastra ini masih berkelanjutan. Pakde. Aamiin ....

Jawaban Lilik :  Buari, makasih Mas. Sampai menyempatkan membaca ulang cerpen saya. Saya juga setuju dengan harapan Mas Buari. Semoga ke depan Pakde kembali menggelar ajang serupa.

Ressume Panel :  Tahun 2011 Komunitas Sahabat Kecil menyelenggarakan Apresiasi Puisi. Tahun 2012 Apresiasi Cerpen. Koment Buari dan tanggapan Lilik adalah bahan masukan bagi Pakde guna merancang media silaturahmi antar sahabat-kecil untuk tahun 2013. Ada usul lain? Masa’ Apresiasi Cerpen lagi?

(7) NUR (Cahaya Kasihdihatie) : Cerpen bagus, singkat, tapi tidak mengurangi keindahan, dan ceritanya juga jelas!

Jawaban Lilik :  Cahaya. Namanya manis, semanis orangnya. Makasih atas pujiannya, menambah semangat saya untuk menulis lagi dan lagi.

Ressume Panel :  Kata Schumacher : small is beautiful.  Namanya juga CERITA PENDEK, ya, seperti kata Nur : singkat tapi tidak mengurangi keindahannya.

(8) UTZ (Rhoro Mendutz) : Cerpennya sederhana tapi bagus sekali, mudah dibaca dan dipahami. Tapi bikin nyesek karena menggingatkan pada Dipan Usang-ku. Hehehe.

Jawaban Lilik :  Wah, ada kenangan ya dengan Dipan Usang-nya....? Makasih apresiasinya, sayy.

Ressume Panel :  Ini sekaligus menjelaskan pada Anggra (nomor 3), bahwa di mana-mana juga ada dipan, cuma namanya yang berbeda. Ada tradisi beberapa suku (di Sumba, kata Lilik) dan di Sulawesi (pengalaman Pakde), yang meletakkan dipan di ruang tamu. Ini menunjukkan suasana kekeluargaan, dalam hal mana tamu tidak hanya disuguhkan makanan dan minuman, tapi juga dipersilahkan beristirahat (tidur) kalau kelelahan.

(9) GENDIES (Sri Eza Yuliyaningsih) : Bait pertama dan kedua kubaca kayak kurang nyambung. Pemerannya Kasih sama Tagu. Tapi setelah kuhayati ... keren ... cerita yang sangat sederhana. Apalagi akhir cerita ... ohh ... so sweet ....

Jawaban Lilik :  Kurang nyambung di paragraf awal, ya? Mmmm, mungkin kalimat pembukanya kurang menukik di hatinya Sri, ya? Tapi syukurlah, ternyata endingnya Sri suka, kan?!

Tambahan Gendies :  Teman-teman semua, biar si Tabu cepet sembuh ... yuk kita shalat dulu nyok ... terus kita sama sama do'ain Tabu biar cepat bekerja lagi, cari uang lebih banyak lagi untuk Asih dan anak-anak. Nanti siapa tau bisa nraktir kita juga. Hehehe.
Mewakili Pakde : awas, bentar lagi gong … pagelaran mau ditutup!!!

Jawaban Lilik :  Bukan Tabu sayy, Tagu ... ihihihi. Mau ditraktir, ntar nunggu Pakde Azir ultah. Saya juga mau ditraktir, ihihi.

Tambahan Gendies :  Maaf … salah manggil nama ye ...?

Jawaban Lilik :  Nggak papa, Cin. Maklum nama kampung, hihihi.
Masih ada yang lebih aneh bin lucu. Contohnya : Ngongo Bulu, Lele Biri, Seingi Ngongo, Dangga Dora, Dengo Male, dan lain-lain.

Ressume Panel :  Gendies seorang penyair (pernah ikut dalam Apresiasi Puisi 2011 di komunitas ini), makanya menyebut baris jadi bait. Demikian juga ketika Gendies menulis Tagu jadi Tabu, dan Kasih menjadi Asih, itu mungkin pengaruh jiwa penyair yang suka membuat persajakan guna menimbulkan efek rima dan irama, yang menjadi kunci keindahan dalam penulisan puisi.
Tabu itu pantangan (pamali) yaitu larangan-keras yang tak boleh dilanggar, yang ada pada semua suku, khususnya yang masih menganut faham animisme.

(10) ERNA (Ezez Erna) :  Membaca cerpen ini aku jadi ingat lagunya Wali "Aku Bukan Bang Toyib" :
     Kau bilang padaku,
     kau ingin bertemu,
     kubilang padamu,
     oh yah nanti dulu
     aku lagi sibuk sayang
     aku lagi kerja sayang
     untuk membeli beras
     dan sebongkah berlian.
Mantap ceritanya, terbawa emosi ketika Asih bertanya kenapa Tagu lembur, dan Tagu hanya memberi jawaban yang berujung pada teka-teki. Tagu, hebat kamu bikin kejutan yang tak pernah terbayang sebelumnya oleh Asih. 

Jawaban Lilik :  Erna, jadi asyik goyang-goyang dinyanyiin “Aku Bukan Bang Toyib” sama Erna. Makasih Er ....

Ressume Panel :  Dalam beberapa pagelaran, Erna selalu mempuitisasi komentarnya. Kali ini, terbawa oleh kejenakaan Tagu, Erna menyanyi untuk kita. Tepuk tangan untuk Erna.

(11) NISA (Anissa Fitri) :
     Tiap hari engkau kutinggal pergi
     Bukan, bukan, bukan aku sengaja
     Demi kau dan si buah hati
     Terpaksa aku harus begini ....
Siip … cerpen yang baguss … top markotop, dah. Endingnya nyesekk banget, bisa dikatakan tragis. Kenapa dirampok? Btw, itu rampok kok nggak dapet rampokannya ya, padahal bawa golok?

Jawaban Lilik :  Tariiiik, maaang. Kenapa dirampok, itu namanya klimaks. Hehehe. Rampoknya kok nggak dapet rampokannya, karena orang Sumba ke mana-mana selalu membawa parang. Parang adalah bagian dari pakaian. Jadi Tagu pun membawa parang, yang menyebabkan si perampok dapat lawan yang sepadan.

Ressume Panel :  Seperti terungkap pada intro resensi ini, anti-klimaks cerpen nyaris menjadi tragedi. Dari segi teoretik, Lilik telah mencontohkan anatomi cerpen yang runtut, meliputi :
1) gambaran situasi (kondisi sosial-ekonomi keluarga Tagu);
2) peristiwa-peristiwa terjadi (Tagu lembur setiap hari);
3) peritiwa-peristiwa memuncak (Kasih mulai curiga pada Tagu);
4) klimaks (Tagu dirampok);
5) anti-klimaks (Tagu memberikan cincin kepada Kasih).

(12) RERE (Reafista Lanvaizha) : Surprise ... btw semoga luka bacok Tagu tidak parah, ya? Kalau parah, kasihan Kasih,pasti merasa bersalah berlipat-lipat. Elehh … kok kebawa emosi?
Cinta yang kokoh dalam drama kehidupan yang sangat sederhana, menyentuh. Bagus deh, dan terus berkarya.

Jawaban Lilik :  Kayaknya nggak parah, kok. Saya juga nggak tega mau mematikan tokoh Tagu. Hiks-hiks. Nggak suka sad ending. Andai semua cowok kayak gitu semua, ya? Rela melakukan apa pun demi membahagiakan pasangannya.

Ressume Panel :  Jawaban Lilik memperkuat statemen Pakde pada intro resensi ini bahwa akhir cerita bukan ditentukan oleh Tagu dan Kasih, melainkan oleh Lilik, hanya dengan “menyetel” anti-klimaks dan ending-nya. Kata Lilik : Saya juga nggak tega mau mematikan tokoh Tagu.

(13) DEVI (Boengsoe Novianti) : Wah, kayaknya coment dari aku telat nih. Ceritanya bagus, menarik hati dan mata untuk selalu menyimak tulisan berikutnya. Suka, istrinya terlalu cemburu tuh pada suami yang selalu lembur. Padahal kan si suami rela lembur untuk istrinya juga. So sweet  begitu, suaminya, si istri nyesel pada akhirnya.
Oh, ya. Si Tagu tuh akhirnya meninggal? Mudah-mudahan nggak lah, ya? Kan ulang tahun pernikahannya! Seharusnya bahagia kok malah bersedih!

Jawaban Lilik :  Devi, belum telat sayy. Kan Pakde belum muncul pukul gong. Palingan beliau masih di jalan-jalan. Hehehe.
Istrinya menjadi cemburu dan curiga, karena Tagu merahasiakan maksud lemburnya. Namanya aja kan mau ngasih kejutan. Tagu-nya ngga meninggal kok. Happy ending yang mengharukan ....

Ressume Panel :  Benar kata Lilik : Happy ending yang mengharukan .... Happy ending artinya senang (bahagia). Mengharukan (sad ending)  artinya sedih (berduka). Lilik mencampur keduanya lalu menyajikannya dengan cantik. So sweet,  kata Devi.

(14) ARU AYBI : Maaf datangnya telat, soalnya jalanya macet, rame, ada perampokan.
Cerpennya bagus, I like it.  Oh Kasih ... jangan-jangan suamimu (Abang Tugu) adalah ....
Semangat and terus berkarya. Trinkk ( ).

Jawaban Lilik :  Hai sweety …. Kirain macet karena si Komo lewat. Hehehe. Makasih Aru, atas apresiasinya. Haah, jangan-jangan apaan nih ….. Gantian saya yang penasaran. Udah dua orang yang berteka-teki hari ini. Pena Sum dan dirimu. Sukses juga untukmu ya, sayy.
Aru, salah tulis nama lagi deh … Abang Tagu, bukan Abang Tugu, ‘ntar ketuker sama Tugu Pancoran lagi, hihihi.

Tambahan Aru :  Hahaha … Sorry, salah ketik. Aduh, jadi malu.
Masak seh komenku mirip komennya Om Pena Sum ....

Jawaban Lilik :  Aru, gpp sayy. Jadi lucu sendiri, udah tiga orang yang salah tulis nama. Maklum kok, abis namanya asing di lidah kita. Coba deh, liat komentnya Mas Pena Sum di atas ....

Ressume Panel :  Mungkin Aru juga pakai cara membaca vertikal seperti Nana (nomor 4). Tapi memang nama Tabu bisa menggiring pikiran pembaca kepada kata yang mengandung arti. Buktinya, sudah 3 komentator yang terpeleset :
1) Nana (nomor 4) terpeleset menjadi Pagu (artinya : plafon).
2) Gendies (nomor 9) terpeleset menjadi Tabu (artinya : pantangan).
3) Di sini Aru terpeleset manjadi Tugu (artinya : monumen).

(15) HEN MUHAMMAD : Suami yang setia walau mengalami kepahitan.

Jawaban Lilik :  Hen, betul. Suami idaman.

Tambahan Hen :  Sebuah hadiah ulang tahun perkawinan yang pahit sekali. Semoga wanita selalu mengerti perjuangan suami di luar, BERAT SEKALI.

Jawaban Lilik :  Itu pelajaran utama yang harus para istri petik dari cerpen ini. Termasuk saya sendiri. Jadi pengen bilang sama suamiku, I love you. 

Ressume Panel :  Ini bagian dari upaya menciptakan romantisme dalam keluarga. Ketika menulis resensi untuk karya Lilik sebelum ini, Ponsel Dinah,  Pakde telah ceritakan bahwa romantisme itu bukan hanya monopoli yang muda-muda.
Waktu Pakde habis operasi jantung (2004), Pakde tanya : Dokter, ini foto rontgen masih mau dipake, nggak? Dokternya jawab : udah nggak. Pakde ambil spidol lalu menulis nama Bude sehingga semua ruang jantung itu penuh dengan nama Bude. Lalu Pakde tunjukkan : Bu, coba lihat apa itu yang tertulis di jantung Pakde. Waduh … senangnya Bude luar biasa … padahal dia tau itu bo’ong  (bukan bohong).

(16) ESTI RAHAYU : Maaf, kak Lilik. Aku emang nggak pernah ikut ngobrol di sini, takut salah ngomong. Tapi aku pernah baca cerpen ini sebelmnya di wall kak Lilik. Dua jempol kak (yang satu di wall kak Lilik, yang satu di sini).

Jawaban Lilik :  Esti, kok takut salah, sih? Nggak papa kalii, neng. Ini kan seru-seruan  aja. Sekalian belajar nulis sama Pakde Azir. Meskipun Pakde selalu mengelak kalau disebut sebagai penulis, maunya disebut pelukis, tapi nyebutinnya dipisah-pisah. Peluk dan Kiss. Hihihi.

Ressume Panel :  Ya, benar. Pagelaran ini lebih merupakan permainan (game), atau meminjam istilah Lilik : seru-seruan  aja. Jadi nggak perlu terlalu serius lah. Kalau pun salah, mari kita tertawa bersama, karena tertawa itulah tujuan dari seru-seruan.  Minimal mentertawai diri sendiri.
Seorang sastrawan dan ulama legendaris, Buya Hamka berkata :
     Jangan takut jatuh,
     karena yang tidak pernah memanjat-lah yang tak pernah jatuh.
     Jangan takut gagal,
     karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang yang tidak pernah mencoba melangkah.
     Jangan takut salah,
     karena dengan kesalahan kita belajar bagaimana berbuat yang benar.


(17) JIHAN SAJA : Hiks hiks … pengen nangis.
Cerita yang sederhana, tapi nyata. Kasih sayang dan cinta yang tulus memang butuh pengorbanan.

Jawaban Lilik :  *sodorin tissue*
Jihan, ada orang bilang cinta itu memberi, nafsu itu mengambil.  Orang yang mencintai tidak akan merasa berkorban sesuatu, sebab cinta selalu ingin memberi.

Ressume Panel :  Tepat sekali ungkapan Lilik : cinta itu memberi, nafsu itu mengambil.  Dalam konteks ini bukan “cinta” dalam pengertian sempit dalam bentuk cinta seorang pria kepada wanita, melainkan cinta universal, yang merupakan anugerah Tuhan kepada semua makhluknya. Bisa berarti cinta ibu kepada anak (dan sebaliknya), cinta makhluk kepada Khalik-nya, dsb. Lebih jelasnya, ada lagu anak-anak yang populer, ciptaan SM Mochtar :
     Kasih ibu kepada beta
     tak terhingga sepanjang masa
     hanya memberi tak harap kembali
     bagai sang surya menyinari dunia
Lagu ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dan dinyanyikan oleh murid TK di beberapa negara. Ini versi Inggrisnya :
     Love of my mother which be given to me
     never becomes die as long as my life
     only give to me never hope to return
     just like the sun is shining to this world.

(18) ATUN WARDATUN : Bagus banget, teh Lilik! Saya selalu suka dengan cerita tentang kesejatian cinta berlatar belakang kehidupan keluarga seperti ini. Great, great! 


Jawaban Lilik :  Terima kasih, Bu Dosen. Banyak kejadian sederhana di sekeliling kita yang membawa nafas cinta, hanya kadang kita alpa menangkap momentnya. Cerpen mungkin salah satu cara membingkainya.

Ressume Panel :  Kissah tentang cinta memang tak habis-habisnya untuk diangkat dalam semua aspek kehidupan dan monumen budaya manusia yang diekspresikan dalam bentuk karya seni. Kalau dilakukan penelitian, maka hampir 90 persen karya seni, apakah seni sastra, seni rupa, seni tari, seni drama, seni suara, dst. tak terlepas dari tema cinta.

(19) NUNG NS : Aah, saya mah nggak percaya sama cinta yang kayak gitu. Cuma saya percaya dalam cinta (baca : pernikahan) ada tanggung jawab. Itu saja ....
Tapi cerpennya memang slalu wokeeeyy ajjaah. I like it. 


Jawaban Lilik :  Kamu emang udah terkontaminasi sama kehidupan metropolitan. Ada yang salah sama pernyataan bahwa cinta itu memberi dan nafsu itu mengambil?  Itu pernyataan yang sederhana dan paling masuk akal tentang cinta. Cinta bukan semata-mata karena tanggung jawab belaka. Tapi, kamu boleh nggak sependapat tentang itu. Beda kepala beda isinya, kan?

Tambahan Nung :  Bukan metropolitan yang mempengaruhiku, justru iman yang membuatku berkata seperti itu karena ketika Allah titipkan sebentuk cinta di hati manusia maka dia harus bisa mempertanggungjawabkannya kepada Sang Khaliq. Cinta seperti apakah yang bisa dengan benar diekspresikan? Haheeyy, discuss tentang cinta deh jadinya. Hahaha … perbedaan adalah rahmat termasuk juga dalam kasus cinta ini, ya?

Jawaban Lilik :  Trus … apa pernyataan bahwa cinta itu memberi dan nafsu itu mengambil, itu adalah salah? Saya rasa nggak. Cinta dan tanggung jawab adalah sesuatu yang lain dan berbeda. Hanya saja karena konteks yang Bu Nunung bahas itu adalah cinta dalam pernikahan, ya memang saja harus ada tanggung jawab. Sementara pernyataan bahwa cinta itu memberi dan nafsu itu mengambil,  adalah konteks cinta secara umum (luas).
Sederhananya begini. Salah satu ciri cinta adalah bila seseorang selalu ingin memberi. Suami ingin memberi nafkah, ingin memberi kebahagian, ingin memberi kesetiaan pada istrinya, pacar ingin memberi hadiah, ingin memberi bunga, ingin memberi senyuman pada pacarnya.
Sementara, bila seseorang hanya maunya mengambil sesuatu dari pasangannya entah itu materi, atau immateri, bisa dipastikan itu adalah nafsu, bukan cinta.

Ressume Panel :  Cinta adalah anugerah Allah kepada semua makhlukNya. Ia bersifat naluriah, lebih banyak bisa terasa daripada terkatakan. Karena itu cinta tidak bisa diukur dengan ukuran kuantitatif. Besar-kecilnya rasa cinta, sangat relatif pada setiap makhluk.
Untuk Nung, ukuran cinta yang dimaksudkan barangkali bisa difahami dari pertanyaan Hawa kepada Adam, dua manusia yang mula-mula diciptakan Tuhan :
      (+) Dam, kau mencintaiku?
      (–) Tidak.
      (+) Mengapa kau menikahiku?
     (–) Memangnya ada pilihan?

(20) ZULVA ADJA : So sweet banget .... Mengharukan!

(21) NENI NURIYAH NURFARIDAH : Nyentuh bangettttttt......kerennnnn

(22) NAIMA ALHABSII : Once again, affected.

(23) LINDA ZACHARY : Mantaaapp sangaaattt ....

(24) WINDA RINDAYANI : Teh Lilik , Winda ketinggalan kereta nih, baru baca cerpennya sekarang. Cerpennya bagus, bahasanya mudah dimengerti . Bikin terharu.
Semoga Tagu-nya cepat sembuh, ya? Sukses selalu untuk Teh Lilik .

Jawaban Lilik :  Zulva, Neni, Naima, Linda, Winda … terima kasih apresiasinya.

Ressume Panel :  Kehadiran Zulva, Neni, Naima, Linda, dan Winda di akhir pagelaran ini sungguh tepat, ibarat cheerleaders  yang memberi warna istimewa sehingga pagelaran ini menjadi meriah. Pertunjukan dan pertandingan apa pun adalah “barang mati” tanpa adanya supporter. Kehadiran kalian merupakan “balon-balon” yang dilepaskan ke udara yang menjadi pertanda selesainya seluruh kompetisi pada Pagelaran Apresiasi Sastra 2012. Kita tunggu hasil penilaian Dewan Yuri, dan penutupan seluruh rangkaian acara dengan Pengumuman Pemenang dan penganugerahan Piagam Sastra pada hari Minggu, 23 Desember 2012.

Wassalamu alaikum wr. wb.
Sampai jumpa.

Menciptakan Asap Cinta By Pakde Azir



Resensi cerpen “Ponsel Dinah” karya Lilik Qurota Ayunin

MEMBACA cerpen Lilik “Ponsel Dinah”  mengingatkan Pakde pada cerpen Putu Wijaya “Laila” — http://www.facebook.com/note.php?note_id=126293264145879 — dimana diceritakan pengabdian seorang isteri kepada suami yang dalam cerpen itu sudah mendekati perbudakan/pemerasan hanya karena mitos yang dipercayainya bahwa pengabdian total seorang isteri adalah merupakan syarat untuk masuk surga. Sang isteri, Laila, bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ia dipengaruhi oleh majikannya untuk melawan mitos itu, dan akhirnya ia terpaksa mengikuti pengaruh majikannya. Tetapi Laila malah menjadi sedih, karena ia tidak akan bisa masuk surga.


Berbeda dengan tema yang diusung oleh Putu Wijaya yaitu “pengabdian”, Lilik mengusung tema “cemburu” yang oleh Rere (nomor 7) Pena (nomor 11), dan Ita (nomor 16) dikatakan “menggelitik”, sehingga cerpen ini boleh digolongkan cerpen jenaka, karena membuat pembaca tersenyum simpul setelah selesai membacanya. Kalimat ending sekaligus anti-klimaksnya, sangat cantik, ibarat pesawat terbang yang landing dengan mulus : Dinah tersenyum puas.

Kearifan leluhur mengatakan : Ngambek tanda sayang, cemburu tanda cinta.  Jika cinta diibaratkan api, maka cemburu adalah asapnya. Untuk meyakinkan apakah Jun cinta padanya, maka Dinah berusaha membuat Jun cemburu. Dinah berhasil, dan dia puas. Itulah pesan yang disampaikan oleh cerpen ini.
Cemburu adalah warisan dari nenek-moyang kita, Hawa. Konon, setiap malam Hawa tidak bisa tertidur sebelum suaminya, Nabi Adam AS, belum tidur duluan. Setelah Adam tertidur, Hawa lalu bangkit menghitung tulang rusuk suaminya : satu … dua … tiga … dst. Oh, masih lengkap. Hawa tersenyum puas. Barulah dia bisa tertidur.

Diskusi panel selengkapnya diturunkan sebagai berikut :

(1) RIESKA PRADITYA ERNANINGTYAS : Privat novel.  Hampir semua suami-istri mengalaminya. Dan memang begitulah lelaki. Seiring berjalannya waktu, apa pun yang menjadi ciri khas istrinya kemudian menghambar, menjadi biasa dan tawar. Beda dengan perempuan. Sekecil apa pun yang namanya perhatian, walau diberikan berulang kali tetap akan terkecap manis dan mampu membangkitkan semangat. Sukses sayy, aku mampu menelan baris demi baris cerpen ini. Pemilihan diksinya, amboy,  enak ditelan jiwa.

Jawaban Lilik :  Memang fragmen kecil yang terjadi dalam rumah tangga itu seringkali dialami oleh pasutri. Saya pernah terpikat oleh sebuah cerpen yang saya sudah lupa judul dan pengarangnya. Di situ digambarkan bahwa si tokoh sangat menyukai sifat istrinya, yang ketika di depan anak dan cucunya demikian keibuan, tapi saat berduaan saja, si istri menjadi sangat kekanakan, ngalem  (manja) dan suka merajuk untuk mencari perhatian si tokoh (mereka pasutri usia lanjut). Itu sangat mempengaruhi pikiran saya. Perjalanan rumah tangga yang sedemikian panjang dan melelahkan, pasti akan cepat membosankan bilamana tidak ada inisiatif dari kedua belah pihak untuk membuatnya jadi segar dan penuh romantisme.

Tambahan Rieska :  Seharusnya romantisme memang selalu dijaga dan dipupuk. Sayang banyak pria dewasa tidak suka dengan kemanjaan. Mereka tiba-tiba berubah dalam sekejap menjadi robot pencari uang setelah dengan lantang mengucapkan ijab dan qabul lalu semua beban membuat kekasih yang begitu romantis berubah menjadi mesin penuh aturan dan angka-angka.

Jawaban Lilik :  Dan tiba-tiba terpikat oleh kemanjaan gadis belia yang dia temui di luar rumah.

Ressume Panel :  Perselisihan dalam perjalanan biduk rumah tangga itu perlu. Supir akan mengantuk di jalan yang lurus saja, tanpa tikungan dan tanjakan. Sebuah peribahasa Latin mengatakan : sic passim parabellum  (peperangan dibutuhkan untuk mencapai perdamaian). Ibarat suara radio yang storing, perlu memutar tuning gelombang dan volume agar diperoleh suara yang jernih dan pas.
Romantisme memang selalu harus dijaga dan dipupuk, tanpa melihat usia perkawinan.
Waktu Pakde habis operasi jantung (2004), Pakde tanya : Dokter, ini foto rontgen masih mau dipake, nggak? Dokternya jawab : udah nggak. Pakde ambil spidol lalu menulis nama Bude sehingga semua ruang jantung itu penuh dengan nama Bude. Lalu Pakde tunjukkan : Bu, coba lihat apa itu yang tertulis di jantung Pakde. Waduh … senangnya Bude luar biasa … padahal dia tau itu bo’ong  (bukan bohong).

(2) NISA (Nissa Anissa) : Lagi asyik baca tau-tau ceritanya habis kayak kesandung batu di tengah jalan. Ceritanya bagus. Acung jempol buat penulisnya. Sukses selalu.

Jawaban Lilik :  Waduh, untung nggak sampe berdarah jempol kakinya. Hehehe. Saya termasuk jenis pembaca yang cepat bosan kalau cerita yang saya baca lambat bergulirnya dan muter-muter untuk sampai pada tujuannya. Biasanya saya jadi meloncat-loncat bacanya. Mungkin itu sebabnya saya jadi cenderung menulis cerpen yang ringkas dan to the point.  Tapi mudah-mudahan itu nggak mengganggu jalan ceritanya.

Ressume Panel :  Salah satu ciri cerpen yang bagus jika pembaca masih terbuai tiba-tiba tamat. Yang penting bahwa pesan yang ingin disampaikan oleh penulis sudah terpenuhi.

(3) TAMA (Pratama Denta) : Entah apa yang kudapat dari cerpen ini. Tapi rasa ngeri luar biasa menghantui. Begitu pas menggurat teka-teki rumah tangga. Selamat berkarya, kawan.

Jawaban Lilik :  Kesan ngeri itu bisa berubah, kok. Jadi semacam romantisme. Asalkan kecemburuan itu jangan dipupuk. Yang harus dipupuk itu cintanya. Di sinilah pentingnya komunikasi bagi suami istri. Jadi, jangan keterusan ngerinya.

Ressume Panel :  Memang dalam cerpen ini Dinah sedang “bermain api” dengan pura-pura selingkuh. Kalau ia tidak pandai me-manage permainannya, bisa terbakar. Sudah menjadi stereotip yang membudaya bahwa jika lelaki selingkuh, biasanya wanita langsung bisa memaafkan. Sebaliknya jika wanita yang selingkuh, biasanya lelaki sulit memaafkannya.

(4) HEN MUHAMMAD : Biasanya wanita yang lugu jarang bisa membalas perlakuan yang sama dari suaminya.Tapi tiba-tiba dia minta pisah. Namun di sini dalam cerpen ini sang istri punya pengalaman untnk membalas.Semoga pengalaman ini menjadi hikmah buat isteri yang diselingkuhi suaminya.

Jawaban Lilik :  Yup, bener. Kebanyakan perempuan mengalah dan diam menghadapi ulah suaminya. Padahal, kadang suami juga sebenarnya mengharap istrinya bersikap sebaliknya. Jadi cerpen ini memberi contoh bagaimana suami yang tadinya udah nyuekin istri, bisa berbalik jadi ketakutan akan kehilangan istrinya. Yang penting triknya tepat.

Ressume Panel :  Ada prinsip : lebih baik dicemburui daripada dicuekin.  Tapi Dinah bukan type perempuan lugu. Justru dia pinter memancing emosi suaminya, atau seperti jawaban Lilik : triknya tepat.

(5) DINI ARUM : Bagus begitu ceritanya. Pemilihan diksi yang pas dengan pendeskripsian yang jelas membuat cerita ini terasa variatif dan segar. Sukses!

Jawaban Lilik :  ‘Makasih, Mbak. Sukses juga buat Mbak Dini.

Ressume Panel :  Kunci keberhasilan penulis cerpen antara lain adalah pada pilihan kata (diksi) dan penguasaan kosakata (vocabulary). Untuk kedua hal ini, Lilik perlu mendapat acungan jempol.

(6) ERNA (Chuchu Dymaia) : Pencemburu adalah sifatku, dicemburui adalah kesukaanku. Ada cinta di antara kedua kata itu kala rasa dalam pembinaan yang sempurna. Sebenarnya tak ada cinta yang sempurna sesempurna bulan purnama, tetapi sebagai pelengkap bumbu cinta maka cemburu perlu ditaburi di kala cinta mulai lengah akan kehilafan luar yang membutakan akan cinta aslinya.
Cerpennya bagus, penggunaan katanya pun mudah difahami. Ada makna tersendiri dalam cerita, janganlah membagi cinta dan senyummu untuk orang lain jika cemburu lebih bisa menjawab dari ulah yang kau buat. Dinah, love you.

Jawaban Lilik :  “Love you too, Mbak Erna," kata Dinah sembari mengerlingkan matanya penuh arti.
Memang, cemburu dan cinta menempati ruang dan porsi yang tersendiri dalam sebuah jalinan hubungan cinta. Semuanya harus dalam takaran yang proporsional. Kurang akan mengakibatkan hambar, sementara kelebihan akan jadi bumerang. Dan semua itu kita sendiri yang mengolahnya. Ibaratnya, hubungan cinta itu adalah sebuah masakan. Untuk jadi masakan yang sedap, pasti semua bahan-bahannya harus diolah sesuai takarannya.

Ressume Panel :  Koment Erna berirama seperti sebuah puisi :
     Pencemburu adalah sifatku
     dicemburui adalah kesukaanku.
     Ada cinta di antara kedua kata itu
     kala rasa dalam pembinaan yang sempurna.
     Sebenarnya tak ada cinta yang sempurna
     sesempurna bulan purnama
     tetapi sebagai pelengkap bumbu cinta
     maka cemburu perlu ditaburi
     di kala cinta mulai lengah
     akan kehilafan luar
     yang membutakan akan cinta aslinya.

(7) RERE (Reafista Lanvaizha) : Cerpen yang bagus. Itu simcard-nya Dinah juga, tho? Hahaha … politik, ceritanya jadi menggelitik.

Jawaban Lilik :  Tepat. Itu simcard-nya Dinah. Jadi sebenarnya Dinah tidak sms-an dengan lelaki lain. Itu hanya triknya saja agar terlihat seolah Dinah menerima sms dari seseorang. Untuk membuat Jun cemburu.

Ressume Panel :  Kalau mau dikatakan kelemahan, di sinilah titik lemah cerpen ini. Kalau pembaca kurang jeli melihat, tampak seolah Dinah benar-benar punya PIL (pria idaman lain) yang beneran (konkrit), bukan cuma pura-pura. Lilik terlampau rapih menyimpan anti-klimaks cerpennya yang bisa ditebak oleh Rere, yaitu pada rangkaian kalimat : Tanpa suara, Dinah membongkar sebuah ponsel yang pagi tadi dia sembunyikan di lemari dapur. Dengan sekali gerak, Dinah mematahkan kartu sim yang dikoreknya dari badan ponsel itu. Lalu pecahan kartu sim itu dia hempaskan ke dalam tong sampah.
Tapi ini adalah style (gaya penulisan) Lilik, yang mungkin akan kita temui pada cerpen-cerpen Lilik lainnya, yang merupakan brand image  Lilik.

(8) BUARI MUCHAMMAD : Cerpen bagus. Tapi ada kesan tulisan untuk 18 tahun ke atas. Kalimat-kalimat menggerayang, menggelinjang, deritan sofa.  Mungkin kita bisa menemui di cerpen-cerpen stensilan jaman SMP era 90-an ataupun cerpen-cerpen bercinta di google jika kita senang browsing. Tapi di situlah kehebatan penulis. Bisa menuangkan tulisan yang makna 'garis besar' ke arah murahan menjadi karya yang enak di baca dan di mengerti.
Dan ada lagi kayaknya sebagian cerita agak terputus di ungkapan Jun mau berangkat ke Jogja selama 3 hari, lalu alur jadi flashback  menceritakan kecemburuan Dinah, lalu kembali ke masa sekarang, tentang upaya Dinah untuk membuat pikiran suami kembali padanya. Mohon penjelasannya.

Jawaban Lilik :  Wah, sempet gemeteran dibilang mirip cerita stensilan. Tapi setelah dibilang bagus, hilang deh gemeterannya. Hehehe.
Kesannya kental seperti itukah? Kalau mau dirunut daftar bacaan saya, mungkin dari situlah saya mendapatkan gaya penulisan saya itu. Ada Eep Saifullah Fatah, Djenar Maesa Ayu, Agus Noor dll. Terutama cerpennya Djenar Maesa Ayu, walaupun kental dengan kesan 18 tahun ke atas, tapi nggak membuatnya jadi seperti cerita stensilan. Meskipun memang jadi kontroversi. Setidaknya itu menurut saya.
Untuk alurnya memang dibuat campuran antara flasback dan masa sekarang. Jadi kalau mau diurutkan berdasarkan waktu terjadinya, maka urutannya akan jadi seperti ini:
1. Saat Dinah hamil dan memergoki suaminya membonceng sang bendahara.
2. Jun mau pergi ke Jogya, dan Dinah dipercik api cemburu begitu tahu suaminya akan berangkat dengan teman kantornya (perempuan).
3. Setahun kemudian, saat sekarang, Dinah tak tahan dengan ulah suaminya, lalu dia menyusun rencana untuk membuat suaminya kembali memperlihatkan cinta yang mungkin sudah mengendap dan karam di dasar hatinya.

Ressume Panel :  Ada dua masalah yang diangkat oleh Buari, yaitu mengenai kontent yang vulgar, dan alur cerita.
Pertama, mengenai kontent, memang kadang ada pengarang yang sengaja menulis dengan gaya penulisan yang vulgar, karena memang tujuannya untuk membangkitkan birahi pembacanya. Itulah yang dimaksud oleh Buari dengan “cerita stensilan”  yang biasa ditawarkan oleh pengasong di bus-bus kota. Ini berbeda dengan karya sastra, yang walaupun diakui bahwa ada yang “keterlaluan” menonjolkan adegan-adegan mesum seperti yang kita bisa lihat pada karya Motinggo Boesye, Abdullah Harahap, dll.
Tetapi berbeda dengan cerita stensilan yang tergolong “picisan”, dalam karya sastra bukan kesan vulgarnya yang ditonjolkan, melainkan menghidupkan suasana, sehingga pembaca seolah-olah ikut larut bersama tokoh dalam cerita.
Perhatikan fragmentasi dari cerpen Langit Makin Mendung karya Kipandjikusmin :
Sepasang elang terbang di udara senja Jakarta yang berdebu menyesak dada dan hidung mereka dengan asap knalpot dari beribu mobil. Di atas Pasar Senen tercium bau timbunan sampah menggunung, busuk dan mesum. Kemesuman makin keras terbau di atas Stasiun Senen. Penuh ragu Nabi hinggap di atas atap seng, sementara Jibril membuat lingkaran manis di atas gerbong-gerbong kereta daerah Planet.
Pelacur-pelacur dan sundal-sundal asyik berdandan. Bedak-bedak penutup bopeng, gincu merah murahan dan pakaian pengantin bermunculan. Di bawah-bawah gerbong, beberapa sundal tua mengerang ― lagi palang merah ― kena raja singa. Kemaluannya penuh borok, lalat-lalat pesta mengisap nanah. Senja terkapar menurun, diganti malam bertebar bintang di sela-sela awan. Pemuda tanggung masuk kamar mandi berpagar sebatas dada, cuci lendir. Menyusul perempuan gemuk penuh panu di punggung, kencing dan cebok. Sekilas bau jengkol mengambang. Ketiak berkeringat amoniak, masih main akrobat di ranjang reot. Di kamar lain, bandot tua asyik … di atas perut perempuan muda 15 tahun. Si perempuan … dihimpit, sibuk cari kutu … dan … lagu melayu. Hansip repot-repot …
“Apa yang Paduka renungi.”
“Di negeri dengan rakyat Islam terbesar, mereka begitu bebas berbuat cabul!” Menggeleng-gelengkan kepala.
“Mungkin pengaruh adanya Nasakom! Sundal-sundal juga sokoguru revolusi,  kata si Nabi palsu.”
“Aih, binatang hina yang melata. Mereka harus dilempari batu sampai mati. Tidakkah Abu Bakar, Umar dan Usman teruskan perintahku pada kiai-kiai di sini? Berzina, alangkah kotor bangsa ini. Batu, mana batu!!”
“Batu-batu mahal di sini. Satu kubik 200 rupiah, sayang bila hanya untuk melempari pezina-pezina. Lagipula ...”
“Cari di sungai-sungai dan di gunung-gunung!”
“Batu-batu seluruh dunia tak cukup banyak guna melempari pezina-pezinanya. Untuk dirikan masjid pun masih kekurangan, Paduka lihat?”
“Bagaimana pun tak bisa dibiarkan!” Nabi merentak.
“Sundal-sundal diperlukan di negeri ini ya, Rasul.”
“Astaga! Sudahkah Iblis menguasai dirimu, Jibril?”
“Tidak Paduka, hamba tetap sadar. Dengarlah penuturan hamba. Kelak akan lahir sebuah sajak, begini bunyinya :
          Pelacur-pelacur kota Jakarta
          naikkan tarifmu dua kali
          dan mereka akan kelabakan
          mogoklah satu bulan
          dan mereka akan puyeng
          lalu mereka akan berzina
          dengan istri saudaranya.

Kedua, mengenai alur cerita, yaitu teknik yang digunakan pengarang menyangkut penokohan, penyusunan konflik, pembangunan tegangan dan penyajian cerita secara utuh. Jangan sampai pembaca sudah jenuh di awal cerita. Untuk menghindari kejenuhan pembaca di awal cerita biasa digunakan teknik: in medias res (memulai cerita dari tengah) dan atau flash back (sorot balik, penyelaan kronologis). Lilik menggunakan kombinasi dari kedua teknik ini.

(9) K’KANK ASEP N : Ceritanya bagus mempermainkan emosi pembaca. Akan tetapi setiap satu masalah tidak tuntas ceritanya, dan terlalu cepat pindah ke masalah lain. Terus, minimya karakter orang dari luar sehingga terkesan cerita menjadi sempit. Coba kalau nambahin nama teman kantor, tetangga, atau yang lainnya.
Terlepas dari itu, cerita ini membawa pelajaran bagi laki-laki atau perempuan yang sudah berpasangan bahwa kecemburuan wajib ada, asal dalam batas normal.
Salam sahabat kecil dari kampung Pangalengan, Bandung.

Jawaban Lilik :  Setahu saya, menulis cerpen tidak sama seperti menulis makalah yang harus tuntas pembahasannya. Cerpen harus dibuat dengan ringkas dengan catatan pesannya tersampaikan. Mungkin bila ceritanya dibuat novel, pembahasannya bisa disampaikan secara lebih detail. Meskipun itu juga tidak harus. Menurut saya, pembaca adalah pribadi yang cerdas. Tidak perlu kita jelaskan pun pasti pembaca bisa menangkap maksud cerita tsb. Bahkan bila kita terjebak untuk menjelaskan sedetail-detailnya, justru akan membuat pembaca jadi terkesan digurui.
Mengenai karakter yang terbatas, saya tidak melihat kebutuhan untuk menambahi cerita ini dengan karakter lain. Sehingga bagi saya cukup Dinah dan Jun saja yang menghidupkan suasana dalam cerpen ini. Kuatirnya, malah cerpen saya ini malah grambyang  ke mana-mana. Maklum masih pemula, hehehe. ‘Makasih ya K'kank Asep atas kritikannya.

Ressume Panel :  Jawaban Lilik sudah cukup menjelaskan maksud komentar K’kank. Berbeda dengan novel yang ceritanya bisa melebar, dalam cerpen para tokoh cerita dibuat sesedikit mungkin, dengan demikian perwatakan (karakter) tokohnya pun dipersempit, sesuai dengan kebutuhan pesan yang ingin disampaikan.

(10) ARU AYBI : Cemburu itu bumbunya cinta, tapi kalau cemburunya over kesel juga sih.  Hmm, penasaran dengan kata-kata Dinah kepada Jun, suaminya : "Kak, kalau kak Jun udah bosan sama aku, kasih tahu aku, ya."
Di sini saya merasa Dinah seperti kekanak-kanakan, seperti orang yang masih pacaran. Kalau masih pacaran "bosan" bisa putus. Nah ini Dinah sama Jun kan pasangan suami istri kalau "bosan" mau gimana, apa mau cerai?
Cerpennya bagus. Like it. 

Jawaban Lilik :  Mungkin kalau Jun bosen, Dinah-nya mau melakukan sesuatu yang bisa menghilangkan kebosenan Jun terhadap dirinya. Semacam memberikan surprise-surprise tertentu ‘gitu. Begitu sih yang aku bayangin waktu kutulis kata-kata itu.

Ressume Panel :  Cemburu yang over  itu cemburu buta namanya. Tetapi --- seperti terungkap pada intro resensi ini --- nenek moyang kita Hawa pun punya sifat itu, bahkan Hawa cemburu pada khayalannya sendiri. Ini juga sebetulnya yang dialami Dinah. Kecurigaannya kepada Jun timbul dari khayalannya sendiri, karena merasa cinta Jun sudah mulai pudar. Oleh karena itu dia ingin menghangatkan lagi api cinta itu dengan menghembuskan asapnya, yaitu cemburu.

(11) PENA SUM : Cerpen yang bagus. Sedikit nakal dengan bumbu kata roman, tapi menarik, bikin deg-degan. Kirain mau dilanjutin penjabaran prosesnya sampe klimaks. Pasti seru.
Latar kamar bisa juga hidup, ya? Jun kayaknya nggak bawa oleh-oleh dari Jogja.

Jawaban Lilik :  ‘Makasih, ya? Kalau dijabarkan lagi fragmen di dalam kamarnya ‘ntar malah disensor. Lagian baru segitu juga udah "hampir" dibilang kayak karya stensilan, apalagi kalau sampe klimaks. Serem, ah.
Coba Mas Pena baca cerpennya Eep Saifullah Fattah, kalau nggak salah judulnya “Cinta pada Suatu Pagi.” Bagus, deh. Caranya menggambarkan suasana percintaan si tokoh dengan pasangannya, menggelitik. Menggairahkan tanpa membuatnya jadi porno.

Ressume Panel :  Cerpennya berjudul “Cinta pada Sebuah Pagi” --- https://www.facebook.com/photo.php?fbid=301730329935504&set=p.301730329935504&type=1&relevant_count=1. Tapi maaf kalau bukan cerpen itu yang dimaksud oleh Lilik.

(12) ANGGRA (Ludyaa Anggraini) : Cerpennya bagus. Tapi terlalu singkat. Belum puas aku berkhayal tapi sudah selesai duluan ceritanya. Mungkin bisa ditambahkan tetangga yang suka ngegosip ‘gitu, biar bisa menambah bumbu di cerpen ini.
Terus berkarya, sukses buat kak Lilik. Salam kenal.

Jawaban Lilik :  Terlalu singkat, ya? Nanti aku buatin yang agak panjangan. Untuk yang ini saya ngerasa, kalau ditambah-tambahin karakter lain malah ngalor-ngidul  ceritanya. Sukse juga buat dirimu, sayy. Salam silaturrahim.

Ressume Panel :  Komentar Anggra identik dengan K’kank (nomor 9). Sesuai dengan namanya --- cerita pendek --- ya, harus pendek. Atau seperti kata Lilik : jangan sampai grambyang  ke mana-mana.

(13) RINI PURNOMO : Ini salah satu cerpen terbaik yang pernah kubaca di komunitas ini. Sukses buat mbak Lilik.
Maka dari itu jangan lengah sama laki. Kalau perlu dia berkedip aja kita harus tau.

Jawaban Lilik :  Alhamdulillah, saya sangat tersanjung oleh penilaian Mbak Rini yang menganggap cerpen saya salah satu yang terbaik. Mudah-mudahan ini membuat saya semakin semangat menulis. Saya termasuk orang yang nggak pedean soalnya, terutama dalam menulis, hehe, curcol.

Ressume Panel :  Frasa “jangan lengah”, Pakde setuju. Tapi kalau sampai “berkedip” pun harus diawasi, itu namanya sudah kebangetan. Untuk Rini, Pakde rasanya pernah kirimkan sebuah puisi Kahlil Gibran. Pakde kopas kembali di sini sekedar mengingatkan :

     BERPASANGAN ENGKAU DICIPTAKAN
     Puisi : Kahlil Gibran

     Berpasangan engkau telah diciptakan,
     dan selamanya engkau akan berpasangan.
     Bersamalah dikau tatkala Sang Maut merenggut,
     bahkan bersama pula dalam ingatan sunyi Tuhan.

     Namun biarkan ada ruang antara kebersamaan itu,
     tempat angin surga menari-nari di antaramu.
     Berkasih-kasihanlah, namun jangan membelenggu cinta,
     biarkan cinta itu bergerak senantiasa
     seperti aliran air sungai yang mengalir lincah di antara kedua belahan jiwa.

     Bernyanyi, menarilah bersama, dalam segala sukacita,
     tapi biarkan masing-masing menghayati ketunggalannya.
     Tali rebana masing-masing punya dawai sendiri,
     walau lagu yang sama sedang menggetarkannya.

     Berikan hatimu, namun jangan saling menguasai,
     sebab hanya Tangan Kehidupan yang akan mampu menggapainya.
     Tegaklah berjajar, namun jangan terlampau dekat.
     Bukankah tiang-tiang candi tidak dibangun terlalu rapat?
     dan pohon jati serta pohon cemara,
     tiada tumbuh dalam bayangan satu dengan lainnya?

(14) YULI (Aunti Yuli) : Hmm, Dinah yang pinter. Cerpennya bagus.

(15) ESTI RAHAYU : Esti suka cerpennya. Selamat pagi semua ... Saking asiknya baca cerpen jadi lupa menyapa.

Jawaban Lilik :  Makasih ya, Mbak Yuli dan Mbak Esti.
Laki-laki kadang musti diakalin dikit-dikit, biar ngeh dengan perasaan perempuan.
Esti, ‘makasih ya udah baca cerpenku dan udah add. Salam hangat dari Pulau Sumba.

Ressume Panel :  Yuli dan Esti mewakili suara hati pembaca. Inilah kelompok sasaran (target group)  setiap penulis/sastrawan. Pemaknaan teks sastra berkaitan dengan pembaca. Tanpa pembaca, teks sastra bukanlah apa-apa, hanya seonggokan kertas belaka. Pembacalah yang memproduksi makna terhadap karya sastra, seperti yang diungkapkan Ronald Barthes dalam penutup esainya yang terkenal, “the birth of the reader must be at the cost of the death of the author.”

(16) ITA SUYONO : Baca cerpen ini jadi tertawa sendiri. Bisa saja akalnya si Dinah membalas rasa cemburu pada suaminya. Ini adalah cerita yang bagus. Salam kenal ya?

Jawaban Lilik :  Mbak Ita, ternyata cerpen saya bisa membuat yang baca tertawa ya, padahal waktu buatnya saya ngebayangin suasana hati si Dinah yang suntuk bin bete. Alhamdulillah bisa menghibur Mbak Ita jadinya.

Ressume Panel :  Komentar Ita sudah Pakde angkat pada bagian intro resensi ini. Ita dapat menangkap pesan penulis dengan baik. Sebuah cerpen harus informatif dan komunikatif, dan Lilik sudah memenuhi kedua prasyarat itu.

(17) NUNG NS : Cerpen kreatif yang dapat menginspirasi istri untuk minta perhatian suami walau harus menerima kemarahan sang penguasa rumah. Aku share, ya? Coz ada temanku yang butuh baca ini kayaknya.

Jawaban Lilik :  Nung, silakan kalo mau share cerpen ini. Tapi ini cuma cerpen, belum tentu akan sama hasilnya bila dipraktekkan di kehidupan nyata. Perlu trik dan tips khusus untuk itu. Btw, makasih ya untuk apresiasinya.

Ressume Panel :  Dinah sukses me-manage kecemburuan Jun sehingga cinta mereka lebih erat terjalin. Tetapi --- seperti jawaban Lilik --- belum tentu akan sama hasilnya bila dipraktekkan di kehidupan nyata.
Seorang Motivator berkata: "Tahun-tahun terbaik dalam hidupku kuhabiskan bersama seorang wanita yang bukanlah istriku." Hadirin terkejut dan terpaku ...
Ia kemudian menambahkan, "Wanita itu adalah ibuku." Hadirin kemudian bertepuk tangan dengan gemuruh dan tertawa.
Otong yang baru saja ikut dalam acara tersebut, kemudian mencoba hal ini di rumah. Setelah makan malam, ia berkata dengan lantang di depan istrinya di dapur: "Aku telah menghabiskan tahun-tahun terbaik hidupku bersama seorang wanita yang bukan istriku."
Tapi Otong lupa sambungan kalimatnya. Ia berhenti sejenak memejamkan mata, mencoba mengingat kalimat terakhir sang Motivator. Ketika Otong membuka mata, ia mendapati dirinya berbaring di tempat tidur rumah sakit. Ia baru saja mendapatkan perawatan akibat siraman air panas.
Pesan moral : Don’t copy if you can’t paste.

(18) LILIS HUSNIYATIN KHOIRIYAH : Cerpen yg bagus. Mengatasi kecemburuan tanpa kemarahan. Bisa nggak, ya? Hehe … capek cemburu terus.

Jawaban Lilik :  Cemburu tanda cinta, tapi emang capek juga kalo cemburu terus-terusan. Dan yang dicemburui juga pasti bosen. Jadi sebenernya ada porsi tertentu untuk cemburu dalam sebuah hubungan, yang bisa bikin sebuah hubungan jadi tidak hambar, juga tidak runyam.

Ressume Panel :  Komentar Lilis mirip kredo pegadaian : Mengatasi masalah tanpa masalah.

(19) ATI SYA’BAN : Boleh juga. Inspirasi untuk setiap pasangan baik yang masih pacaran maupun yang sudah menikah.

Jawaban Lilik :  Ibu Guru Ati, ‘makasih. Ya, kadang kita nggak tau bagaimana mengatasi cemburu. Ada sebagian yang malah malu mengakui bahwa dirinya cemburu. Padahal cemburu itu penting dan perlu, asalkan dalam takaran yang pas.

Ressume Panel :  “Takaran yang pas”. Frasa yang sangat tepat untuk mengukur rasa cemburu yang ada pada setiap manusia, teristimewa kaum wanita. Kata orang “cemburu asapnya cinta”. Kalau dibalik, maka jika tidak cinta tak kan ada rasa cemburu. Tapi juga berbahaya kalau asapnya terlalu tebal. Mata bisa perih.

(20) HENI (Yasinta Heni Machfud) : Mbak Heni nggak bisa komen apa-apa. Cuma bisa bilang : BAGUS!

Jawaban Lilik :  Mbak Heni, ‘makasih. Tapi sebenarnya saya pengen ada komentar yang mengkritisi cerpen saya ini. Sebagai karya pemula, pasti ada titik kelemahannya yang saya tidak sadari.

Tambahan Heni :  Endingnya bikin penasaran. Mbak Heni juga baru kali ini jadi pengamat cerpen.

Jawaban Lilik :  Mbak Heni, pertama kali jadi pengamat cerpen tapi pasti sudah sering baca cerpen ‘kan, Mbak .... Menurut teori, memang ending menentukan kualitas sebuah cerita. Agak susah menemukan ending yang bagus, dan itulah yang terus saya pelajari.

Ressume Panel :  Rensis Likert telah mempelopori sistem kuantifikasi penilaian kualitatif. Dalam skala nilai antara 0 - 10, kata “BAGUS” berada pada skala 8.

(21) NENI NURIYAH NURFARIDAH : Hanya satu kata, itu juga dari suamiku ... emang mbak Lilik tuh pinter. Keren abisss.

Jawaban Lilik :  Teh Neni, huaaaa, ternyata dibaca sama Wiharja Aang juga, ya. Waduh malu euy dibaca sama orang dari dunia penerbitan buku. Makasiiih yaaa ....

Tambahan Neni :  Tinggal siapin aja yang mau dicetaknya, katanya. Aku terenyuh bacanya, aku ada kisah nih, buatin ceritanya dong ....

Jawaban Lilik :  Teh Neni, wah, beneran itu ya? Hmmm, bikin tambah semangat nulis nih ... Salam buat Aank, Teh.
Kisahnya aku tunggu, nanti aku akan coba menuliskannya jadi sebuah cerita.
Oh ya, ada idiom yang aku dengar dari seorang teman, bahwa menulis itu menyembuhkan. Writting is a healing.  Coba deh, buktiin.

Ressume Panel :  Pakde ikut berdoa dan mendorong agar karya-karya Lilik bisa diterbitkan di media konvensional, bukan sekedar di media (jejaring) sosial.

(22) JIHAN SAJA : Pembahasannya sudah jauh, nih? Jihan baru gabung. Itu foto apa, Bu? Ibu menang karena cerpen itu ya, Bu?

Jawaban Lilik :  Jihan, ini adalah sebuah ajang apresiasi sastra yang digelar oleh Komunitas Sahabat Kecil yang dikomandani oleh Pakde Azir. Ibu diajak untuk gabung oleh beliau. (‘Makasih ya, Pakde...).  Itu foto logonya. Cerpen Ibu adalah cerpen kedelapanbelas yang digelar oleh ajang ini. Masih ada dua cerpen lagi untuk minggu selanjutnya. Pemenangnya masih akan diumumkan Desember nanti.
‘Gimana Jihan, komennya ditunggu.

Tambahan Jihan :  Ow, ‘gitu. Semangat, Ibu. Moga dapat yang terbaik. Saluut sama semangat Ibu. Semangat untuk bersaing yang sehat.

Jawaban Lilik :  ‘Makasih, Jihan ....

Ressume Panel :  Publikasi di Komunitas Sahabat Kecil ini cuma sekedar ajang latihan dan pembelajaran. Di sini karya-karya sastra kita tampilkan dan “keroyok” ramai-ramai. Kita tunjukkan mana yang salah dan bagaimana seharusnya. Juga kita akui mana yang bagus. Siapa tahu dari beberapa penulis yang mampir di komunitas ini kelak akan ada yang menjadi penulis besar.

(23) LINDA ZACHARY : Mantaapp! Punya bakat jadi penuliss cerpen juga rupanya mbak Lilik. Kembangkan.

(24) LAIDIA MARYATI :  Si . si . si . Teruskan, Mbak.

(25) ASK CMR :  Mantap tuh ....

Jawaban Lilik :  Terima kasih.

Ressume Panel :  Komentar Linda, Laidia, dan Ask senada dengan komentar Yuli (nomor 14) dan Esti (nomor 15). Kalau dalam demokrasi kita kenal istilah “kedaulatan rakyat”, maka dalam karya sastra ada “kedaulatan pembaca”. Pembacalah yang paling menentukan ketika sebuah karya menjadi best seller.

(26) ALLIEF MUNADI : Cover-nya baguus. Salam ta'aruf. Lilik, saya mesti bilang baguus juga untuk cerpennya. Sederhana, tapi sebetulnya mengangkat sesuatu yang sangat penting yaitu tentang kesetiaan.

Jawaban Lilik :  Bu Munadi, alhamdulillah. ‘Makasih udah gabung di pagelaran cerpen saya di Komunitas Sahabat Kecil, Bu. Nggak nyangka kisah sederhana ini ternyata mendapat tempat juga di hati Ibu.

Ressume Panel :  Kesetiaan adalah benda yang abstrak. Perlu diuji untuk bisa meyakinkan eksistensinya. Salah satunya dengan menguji apakah masih ada rasa cemburu di hati Jun. Dan dalam konteks ini, Dinah berhasil. Puas.

(27) MUHIMATUL KIBTIYAH : Gara-gara sms, bahaya juga ya?

Jawaban Lilik :  Mbak Kib, hehehe … begitulah kisahnya.

Ressume Panel :  Kib barangkali satu-satunya komentator yang melihat “bahaya” dalam permainan Dinah. Tapi untungnya Lilik tidak mengarahkan Dinah ke wilayah “bahaya” itu.

MC Acara Akad Nikah



Bismillahirrahmanirrahiim.


Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Alhamdulillahirabbil ‘alamin, alladzii ja’ala lanaa al ardha, maa fiihi la’ibratan li ulil albaab. Asshalaatu wassalaamu ‘ala asyrofil anbiyaai wal mursaliin, wa ‘alaa aalihi wa ashhabihi ajma’iin. Amma ba’dhu.


Para Pini Sepuh, Keluarga Kedua pengantin, Bapak Ibu tamu undangan yang kami mulyakan.

Puja dan puji tercurah limpah kepada Rabbul Izzati, karena atas perkenanNya kita sekalian dapat hadir dalam Hajat yang diselenggarakan oleh keluarga Bapak ………………………………………………………………dalam rangka penyatuan dua pasang sejoli yakni
1.  Ananda atau saudara kita Lia Amalia dengan Mustafa Bamualim 
2.  Ananda atau Saudara kita …………………………………………………dengan………………………………………….
untuk melangsungkan akad nikahnya pada hari yang bahagia ini.


Bapak Ibu Tamu Undangan yang dimulyakan oleh Allah.
Peristiwa pada hari ini sangatlah luar biasa, mengingat prosesi akad nikah yang akan sama-sama kita saksikan akan diucapkan oleh dua pasang mempelai.  Dan semoga,
dengan akan dilangsungkannya akad nikah ini, maka dengan demikian empat keluarga besar akan bertaut dalam tali silaturrahim yang kian erat, dalam hal ini keluarga besar Bapak ………………………………………………. akan bersatu dengan keluarga besar Bapak ………………………………………………….dan keluarga besar …………………………………………………akan bersatu dengan keluarga besar………………………………………………………..


Sebelum kita mulai acara ini, terlebih dahulu kami jemput kedua Mempelai  pria, untuk mengambil tempat di majlis akad.

Kemudian kami mohon dengan hormat kedua Wali nikah dari kedua pengantin untuk dapat mendampingi pengantin di depan.

Selanjutnya kami mohon pula dengan hormat kepada Bapak Kepala KUA Kec Loli beserta para saksi dari kedua belah pihak yakni  Bapak ……………………………………………………..dan Bapak……………………………………………………………, kemudian Bapak …………………………………………dan Bapak………………………………………………. Untuk menempati majlis yang telah disiapkan.
 Terima kasih.

Acara akad nikah antara Ananda atau saudara kita Lia Amalia dengan Mustafa Bamualim dan Ananda atau sudara kita ……………………………………………………………. Dengan …………………………………………………………………………akan segera dimulai.

Pertama-tama, marilah kita simak pembacaan kalam Illahi oleh………………………………………………………………………………………………………………………………….

Para  Mempelai yang berbahagia dan para hadirin rohimakumullah.
Berikut ini adalah khutbah nikah yang akan disampaikan oleh Al Ustad Bapak ………………………………………………………………………………..

Demikianlah tadi khutbah nikah yang telah disampaikan oleh Bapak ………………………………………………………………………….. semoga Para Mempelai  dapat memetik hikmah dari padanya sehingga sedikit banyak dapat menjadi bekal dalam mengarungi rumah tangganya kelak.

Baiklah Bapak Ibu hadirin yang dimulyakan oleh Allah. Kini tibalah kita pada acara inti  yakni akad nikah
  1. Ananda atau saudara kita Lia Amalia  dengan Mustafa Bamualim. Dan acara selanjutnya akan dipandu oleh Kepala KUA Kec. Loli.
  2. Ananda atau Saudara kita ……………………………………………………………….. dengan……………………………………………………………………………….. acara selanjutkan kami serahkan pada Kepala KUA Kec Loli.

Pembacaan doa oleh Al Mukarrom Bapak………………………………………………………………

Penandatangan akta nikah.

Bapak Ibu yang terhormat, berikut ini adalah penyerahan Sertifikat Kursus Calon Pengantin dari Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan atau (BP4) kab. Sumba Barat kepada Pengantin Pria.
Kepada Ibu Ketua BP4  Kab. Sumba Barat yaitu Ibu Hj. Nursaibah Abbas SIP, kami mohon untuk berkenan menyerahkan sertifikat tersebut.

Dan kini dilanjutkan dengan penyerahan buku nikah sekaligus dirangkai dengan penyerahan mahar atau mas kawin. Kepada Kedua Mempelai pria yang berbahagia, kami persilahkan untuk menuju kediaman Mempelai Wanita.
 
Untuk mengawali langkah kedua pengantin dalam meniti kehidupan berumah tangga, kedua pengantin tak lupa melakukan sungkeman guna memohon doa restu kedua orangtuanya dan tak lupa mengucapkan terima kasih  tak terhingga atas kasih sayang yang terlimpah kepada kedua pengantin sejak dari buaian hingga kini dapat menjalani kehidupan yang mandiri. Semoga amal sholih Ayahanda dan ibunda dari kedua pengantin  ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Bapak Ibu Hadirin yang kami cintai, berakhirlah sudah seluruh untaian acara akad nikah pada hari ini. Terucap doa semoga kedua pasang Mempelai  dapat menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah. Kami mewakili Shohibul bait, mengucapkan limpah terima kasih atas kehadiran, dukungan dan perhatian dari kita semua. Jazaakumullah khoiran katsiro.
Tak lupa Kami mohon maaf bilamana ada kekhilafan atau ketidak layakan kami dalam menyelenggarakan acara ini.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

MC Acara Buka Puasa Bersama



Assalaamu alaikum wr wb.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Yang terhormat, Bpk Bupati Sumba Barat, Bpk/Ibu Kepala Kantor Dinas Badan, Bpk /Ibu Tokoh Agama dan Alim ulama, serta Bpk/ibu tamu undangan sekalian.
Al hamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan Seru Sekalian Alam, Yang telah memperkenankan kita semua bertemu dan berkumpul pada hari ke 22 di bulan Ramadhan ini untuk mengikuti acara Buka Puasa Bersama.
Solawat serta salam senantiasa tercurah limpah, kepada junjungan kita Baginda Rosulullah SAW, kepada shahabat-shahabatnya, keluarga dan siapa saja yang mengikuti ajarannya hingga akhir zaman.
Bulan Ramadhan, bulan yang terdapat di dalamnya satu malam yang lebih mulia dari seribu bulan, bulan yang penuh ampunan. Bulan yang sangat dirindukan oleh umat Islam, karena di bulan itu Allah melipat gandakan pahala semua ibadah. Bulan yang jika kita mengetahui seluruh kemuliaannya, niscaya kita ingin semua bulan sepanjang tahun adalah bulan Ramadhan.


Bapak Bupati  dan Para Hadirin yang kami mulyakan.
Acara pada sore hari yang indah ini akan diawali dengan lantunan ayat suci Al Quran yang akan dibawakan oleh saudara Mustamin dan Saritilawah oleh Darmawati Abdul Hamid S.Sos.
Selanjutnya marilah kita simak bersama. Taushiyah Hikmah Ramadhan. Akan di sampaikan oleh Al Ustad Drs. H. Pua Monto Umbu Nay.
Demikianlah Taushiyah yang telah disampaikan oleh Al Ustad Drs H. Pua Monto Umbu Nay, semoga kita dapat memetik hikmah daripadanya. Amiin.
Rangkaian acara berikutnya adalah sambutan-sambutan
Sambutan yang pertama akan disampaikan oleh Bapak Ketua MUI Kabupaten Sumba Barat, yg terhormat bpk H. Abdullah A. Bamualim kami silahkan.
Sambutan yang kedua akan disampaikan oleh Bapak Bupati Sumba Barat, Yang terhormat bpk Drs, Jubilate Piter Pandango Msi kami silahkan.
Bapak Ibu Yang kami mulyakan, tibalah kita pada penghujung acara Buka Puasa Bersama, marilah kita menundukkan kepala bermunajat kepada Allah Azza Wajalla dalam doa yang akan dipimpin oleh Al Ustad H. Ahmad Rubaya S.Ag.
Amiin Ya Robbal Alamin,
Bapak Bupati dan para tamu undangan sekalian, sebelum acara ini kami tutup, perlu kami sampaikan beberapa hal, bahwasanya waktu berbuka puasa pada hari ini jatuh pada pukul 18.03 WITA, dan akan diawali dengan menyantap hidangan ta’jil atau pembuka, kemudian kaum muslimin dan muslimat akan segera melaksanakan sholat maghrib yang akan dipimpin oleh Al Imam H. Muhammad Assegaf. Sementara  itu  Bapak Bupati beserta tamu undangan yang lain kami silahkan untuk bersantai sejenak selama kurang lebih 10 menit. Dan Setelah selesai pelaksanaan sholat maghrib berjamaah, kami persilahkan kepada kita sekalian untuk menikmati hidangan santap malam bersama.
Demikianlah Bapak Bupati dan bapak Ibu yang terhormat, seluruh rangkaian acara yang telah kita lewati bersama sepanjang petang hari ini, semoga kebersamaan kita yang harmonis ini menambah erat tali persaudaraan kita dan setiap langkah yang mengantar kita menuju majlis ini mendapat ridho dan ampunan dari Allah SWT. Amiin.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ibu sekalian yang telah berkenan hadir, mohon maaf bilamana ada hal-hal yang kurang berkenan di hati.
Wassalamu alaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Kami mohon kepada Bapak Imam H. Muhammad Assegaf, untuk memimpin doa berbuka puasa.