Inilah
kita. Tembang rapuh yang berletih-letih kita gumamkan. Tak peduli
gamelan membawa kita entah kemana. Kita tetap membisikkan nada.
Inilah kita, Tuan. Pengelana yang dahaga untuk saling sua. Mengerat
jarak selipat demi selipat. Mengukur sedalam apa bibir kita menyelam.
Menerka-nerka adakah cinta dalam hela nafas kita.
Cinta kita, Tuan. Apakah serupa tembang lirih? Atau sekedar nyanyian sedih. Aku tak lagi peduli. Selagi Tuan masih di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar