Cinta Tak selalu Manis
Dalam remang senja yang temaram, aku menangkap sesosok bayangan tegap menggenggam ponsel tengah berbicara dengan seseorang di seberang sana. Serius sekali perbincangan itu rupanya sampai-sampai nada suaranya yg tinggi tertangkap gendang telingaku. Rupanya terjadi lagi perdebatan sengit, pikirku sendu.
Berangkat dari pengalaman pribadiku, aku heran mengapa persiapan sebuah acara bahagia yg dinanti sepasang muda mudi itu harus diwarnai dengan alotnya tawar menawar harga, sengitnya perdebatan, sampai sedu sedan tangisan dan riuh rendah makian. Semestinya setiap waktu yang habis untuk mengemas perhelatan itu lebih banyak diwarnai dengan helaan nafas kelegaan. Karena satu persiapan yang telah selesai dikerjakan semakin mendekatkan diri pada momen sakral penyatuan itu.
Tapi yang menakjubkan adalah aku tahu persis betapa beronak durinya perjalanan cinta dua muda mudi itu. Namun pada akhirnya mereka tetap memutuskan untuk menikah. Mungkin ada sesuatu yang tidak aku pahami tentang itu. Tentang cinta yang seringkali menyakitkan, namun tak membuat penikmatnya urung dan mencampakkan cinta. Cinta nan perih itu justru serupa candu. Menyerang sekaligus mendamaikan. Membuat cedera sementara ia pun menyembuhkan. Menderaiberaikan airmata dan sedetik kemudian menerbitkan senyuman bahagia.
Dalam angan-angan semua orang, cinta selalu indah, suci, menenangkan, mendamaikan, penuh dengan kerlingan mata yang menawar dahaga. Jauh dari penderitaan dan duka.
Sepanjang apapun ketidak mengertian diriku tentang rumitnya misteri cinta, kedua sejoli temanku itu kini telah saling menautkan hati dan hidupnya ke dalam ikatan nikah. Aku selalu percaya, tangis yang pernah hadir diantara mereka sesungguhnya adalah ejawantah kasih sayang yang keliru mereka terjemahkan dalam kata dan sikap keduanya. Selalu ada waktu untuk belajar menyelaraskan pikiran yang berbeda. Meski waktu itu akan terjal dan berliku, cinta yang tak pernah usai di hati mereka pasti akan menguatkan keduanya.
Aku cuma bisa mendoakan temanku itu dari jauh. Bahagia juga rasanya melihat foto pengantin mereka kala bersanding di pelaminan melalui facebook dan BBM. Mau sekedar menyapa dan mengucapkan selamat, takut mengganggu suasana honeymoon mereka. Sedikit ngiri juga, karena kabarnya mereka akan menghabiskan bulan madu mereka di sebuah cottage di Gili Trawangan...hehehe.
Untuk Yuli dan Amal, selamat ya. Kalian telah menciptakan monumen kehidupan kalian yang berharga. Sebuah pernikahan adalah penyatuan aku dan kamu menjadi kita. Kalian sekarang adalah dua tubuh dengan satu hati, satu nyawa. Semoga Allah memberkahi pernikahan kalian.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar