Nostalgi Tahun Baru



Ini awal tahun baru ke tiga yang sengaja aku rayakan selama hidupku. Walaupun sebenarnya kata "rayakan" itu tidak tepat juga untuk  jalan-jalan sepanjang sore hingga malam detik-detik pergantian tahun terjadi. Ya, sekedar jalan-jalan saja. Tidak ada kemeriahan pesta, hiruk pikuk terompet atau suka cita permenungan pencapaian tahun ke belakang dan wish list setahun ke depan. Cuma ada dua tangan yang saling menggenggam dan pendar-pendar kembang api yang meluap di langit sana.

Tahun baru bagiku adalah sepenggal nostalgi indah. Awal kehidupanku bersama seorang lelaki yang kini selalu menjadi orang terakhir yang aku pandang sebelum tidur dan yang pertama aku pandang ketika aku bangun.

Semua berawal dari sebuah komitmen yang saya dan dia sepakati berdua. Komitmen sederhana untuk berbagi hidup mulai saat itu dan seterusnya sampai waktu yang tidak berbatas. Saat itu kami masih sangat muda, mentah dan sama-sama belum pernah terlibat hubungan serius dengan seseorang sebelumnya. Tapi entah mengapa, seakan hati kami begitu saja terpaut. Seperti telah dipersiapkan sebelumnya oleh kekuatan yang kami tidak tahu kapan datangnya. Aku dan dia dengan diam-diam dan tanpa bicara tiba-tiba merasa telah dipertautkan.

Awal tahun baru yang penuh kenangan itu telah mengantar kami sampai ke masa sekarang. Lihatlah! Kami telah melampaui segala onak duri. Menerjang badai seganas badai Katrina yang memporakporandakan Tenggara Amerika. Aku bahkan tidak pernah mengira perjalanan kami berdua berbagi nyawa akan sampai pada level ini. Berada pada suatu kondisi dimana aku merasakan kemenyerahan yang hampir total padanya. Tidak lagi  ingin dimengerti tapi lebih ingin mengerti. Bukan lagi ingin dituruti tapi berusaha menuruti. Cenderung ingin mendengar ketimbang melulu ingin didengar. Aku tahu bahkan sedari awal, aku tidak bisa berhenti mencintai dia. Lelaki malam, lelanang jagat, man of himself.

Tahun baru ini adalah tahun ke tujuh belas aku menggantungkan hidupku padanya. Tidak ada komitmen baru yang aku dan dia sepakati bersama. Aku dan dia hanya tahu bahwa kami akan menghabiskan sisa-sisa umur ini yang tinggal hitungan jari, berdua. Menikmati secangkir teh panas di beranda, mendendangkan lagu lawas sesekali, mengkusutmasaikan sprei ungu kesukaanku, dan ...saling membasuhi badan kami dengan segarnya air di awal pagi setelahnya. Atau hanya diam dan saling pandang saja.

Sudah hari ke tiga di tahun 2012, ya. Dan aku semakin mencintainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar