Kembali ke Titik.

Seperti ombak, yang jauh memantul-mantul di samudera. Berderai. Mengganas. Mengalun. Berriak bak tawa kanak-kanak. Jauh mengunjungi palung terdalam. Menyisiri teluk-teluk permai. Mengejar segala yang berlari. Untuk kemudian kembali ke pantai. Lalu abadi.

Serupa angin, yang riuh. Menerpa segala menjadikannya bergeretak. Singgah di dataran terentah. Melaju kencang mendaki puncak tertinggi. Membeku diam di bekunya salju yang temaram. Lalu segera berkesiur di sela daun nyiur. Lalu luluh lantak kota-kota yang diamuk amarahnya. Setelah itu sepi. Tak ada yang tahu ia tlah pergi.

Dan hujan. Dari bumi ia merambat langit yang luas. Berarak-arak merayap angkasa tak berbatas. Lalu derai. Lalu berai. Jatuh menghunjam. Membelah. Membasah. Menyusup di celah-celah. Memuaskan dahaga. Dan mengirimkan duka. Hujan ialah airmata. Yang tak mungkin kering meskipun ia tiada.

Barangkali, seperti itulah kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar