Kehilangan selalu saja menyebabkan kenestapaan. Tidak peduli betapa kita telah berupaya keras untuk mengatasi kehilangan itu dengan bermacam cara. Meskipun telah penat kita menguatkan hati untuk mengambil pelajaran penting yang mungkin tersembunyi di balik kehilangan itu. Selalu dan tetap menyisakan perih.
Kita menyaksikan kehilangan terjadi di sekitaran kita hampir setiap detik. Di masjid dan mushalla, berita duka tentang kehilangan seseorang yang berarti dan dekat dalam kehidupan kita kerap mengguncangkan hati. Sehingga saking seringnya berita duka itu kita dengar, kata kehilangan menjadi akrab meski tetap asing dan menyakitkan.
Pada suatu malam yang berjalan pelan, aku berkata pada dirimu: "Sayangku, apa yang akan terjadi padamu, bila suatu hari nanti aku kehilangan kecantikan, kesehatan dan kemudaanku? Apakah dirimu akan meninggalkan aku?"
Senyap. Dirimu berpikir keras. Aku tahu dirimu kesulitan menghimpun kalimat yang pas untuk menjawab pertanyanku. "Mengapa engkau berkata begitu", tuturmu lembut. Aku memejamkan mata, menikmati belaian jemarimu di dahiku. "Aku hanya ingin tahu, sayang. Kita hanya berempat dengan kedua gadis kecil kita. Bila saatnya nanti mereka menemukan belahan hatinya, pasti kelak kita akan menua berdua saja", bisikku sambil mengecup telingamu.
Tanganmu meraih daguku, seraya mengucap sesuatu yang membahagiakan aku: "Sayang, aku akan merawatmu bila engkau sakit, menggendongmu bila engkau tidak kuat berjalan, menyuapimu saat dirimu hendak makan sesuatu".
Kita mereka-reka kehilangan kecantikan, kesehatan dan keremajaan tidak akan pernah mengenyahkan kasih dan sayang. Kita membuat perjanjian tak tertulis bahwa kita akan senantiasa memelihara cinta sampai usia kita menua, kulit kita mengeriput, dan rambut kita menguban. Tapi sebenarnya kita tidak pernah tahu apakah kelak kehilangan itu akan menyakitkan sedemikian rupa sampai kita lupa pada semua janji dan tutur kita. Kehilangan selalu menyakitkan.
Ah, sayang. Bukan aku meragukanmu. Namun kehilangan dan setiap inci perih yang menyertainya adalah hukum alam. Kekuatan alam tak pernah bisa kita prediksi seberapa besar dampak yang timbul saat itu terjadi.
Tapi baiklah, aku harus yakin dan menaruh harapan besar pada tuturmu. Tutur yang tidak mudah engkau keluarkan dari bibirmu. Tutur yang muncul dari dalam hatimu. Kehilangan apapun tidak mengubah sedikitpun cintamu padaku. Termasuk bila aku kehilangan nyawaku...
Kita menyaksikan kehilangan terjadi di sekitaran kita hampir setiap detik. Di masjid dan mushalla, berita duka tentang kehilangan seseorang yang berarti dan dekat dalam kehidupan kita kerap mengguncangkan hati. Sehingga saking seringnya berita duka itu kita dengar, kata kehilangan menjadi akrab meski tetap asing dan menyakitkan.
Pada suatu malam yang berjalan pelan, aku berkata pada dirimu: "Sayangku, apa yang akan terjadi padamu, bila suatu hari nanti aku kehilangan kecantikan, kesehatan dan kemudaanku? Apakah dirimu akan meninggalkan aku?"
Senyap. Dirimu berpikir keras. Aku tahu dirimu kesulitan menghimpun kalimat yang pas untuk menjawab pertanyanku. "Mengapa engkau berkata begitu", tuturmu lembut. Aku memejamkan mata, menikmati belaian jemarimu di dahiku. "Aku hanya ingin tahu, sayang. Kita hanya berempat dengan kedua gadis kecil kita. Bila saatnya nanti mereka menemukan belahan hatinya, pasti kelak kita akan menua berdua saja", bisikku sambil mengecup telingamu.
Tanganmu meraih daguku, seraya mengucap sesuatu yang membahagiakan aku: "Sayang, aku akan merawatmu bila engkau sakit, menggendongmu bila engkau tidak kuat berjalan, menyuapimu saat dirimu hendak makan sesuatu".
Kita mereka-reka kehilangan kecantikan, kesehatan dan keremajaan tidak akan pernah mengenyahkan kasih dan sayang. Kita membuat perjanjian tak tertulis bahwa kita akan senantiasa memelihara cinta sampai usia kita menua, kulit kita mengeriput, dan rambut kita menguban. Tapi sebenarnya kita tidak pernah tahu apakah kelak kehilangan itu akan menyakitkan sedemikian rupa sampai kita lupa pada semua janji dan tutur kita. Kehilangan selalu menyakitkan.
Ah, sayang. Bukan aku meragukanmu. Namun kehilangan dan setiap inci perih yang menyertainya adalah hukum alam. Kekuatan alam tak pernah bisa kita prediksi seberapa besar dampak yang timbul saat itu terjadi.
Tapi baiklah, aku harus yakin dan menaruh harapan besar pada tuturmu. Tutur yang tidak mudah engkau keluarkan dari bibirmu. Tutur yang muncul dari dalam hatimu. Kehilangan apapun tidak mengubah sedikitpun cintamu padaku. Termasuk bila aku kehilangan nyawaku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar