Sejauh Mana Kamu Bertahan, Lik....


Sepulang dari kantor _karena pusing menahan kantuk yang diakibatkan mengkonsumsi obat batuk_ saya rebahan sembari membuka internet. Tadinya karena ingin berburu sarung jok murah yang dijual online, tapi tangan saya bergerak juga menekan google mail. Siapa tahu ada email penting yang datang di inbox saya. 

Blarrr. Dalam sekejap pusing saya hilang. Di layar inbox terpampang subjek: Tugas GWA002. Sungguh di luar dugaan. Ternyata tugas menulis yang saya kerjakan untuk Gradien Writer Audition tidak buruk-buruk amat. Walaupun di email itu tidak ada konfirmasi bahwa tulisan saya memenuhi syarat untuk lolos audisi minggu perdana, tapi dengan adanya tugas GWA02 dikirim ke email saya, mengasumsikan, saya lolos dari eliminasi minggu pertama dalam audisi ini.

Badan saya jadi meriang panas dingin. Excited banget. Seperti menerima surat cinta dari pacar saja rasanya. Well, itu bagus, tapi tidak boleh berlarut-larut. Saya harus menyetop perasaan saya yang membumbung, untuk mempersiapkan diri mengerjakan tugas kedua. Dan ini kali saya harus mengerjakannya dengan keseriusan yang didobelkan. Sebagaimana saya harus serius dalam mengerjakan laporan akuntabilitas kerja. Serupa saya musti serius mengerjakan rencana kerja tahunan. 

Tugas GWA02 meskipun sudah tidak lagi teoritik, tapi semakin menuntut kepandaian mengolah kata untuk dirunutkan menjadi sebuah kisah yang sudah ditentukan outlinenya. Dengan jumlah karakter yang semakin meningkat pula. Ini menjadikan audisi menulis ini semakin menantang. Lalu sejauh mana, saya bisa bertahan? 

Ada sebuah quote yang saya petik dari twitter, saya lupa siapa pemilik quote tersebut. 
"If you want to be a writter, stop talking about it, sit down and start writing"

Agaknya yang itulah yang saya harus lakukan. Berhenti bicara saya ingin menjadi penulis, just sit down and start writing. Sebab penulis yang baik adalah yang selalu menulis apakah ada mood atau tidak. Dia tidak berhenti menulis, walaupun tulisannya tidak ada yang sudi membaca. Dia menulis karena panggilan jiwanya. 

Meskipun audisi  ini hanyalah sebatas ajang. Tapi sebenarnya audisi ini mengajarkan kepada saya untuk melakukan apa yang dikatakan oleh quote diatas. Atau lebih tepatnya memaksa saya untuk menulis dan terus menulis. Karena memang itulah yang dilakukan oleh para penulis. Apakah nanti tulisan itu bisa diterbitkan atau tidak. Tidak perlu dirisaukan sebelum kata dan kalimat genap kita rangkaikan. 

Jadi, baiklah. Pedang telah dihunuskan, genderang perang telah ditabuh bertalu-talu. Pantang rasanya untuk saya surut ke belakang. Jika kelak saya bisa sampai ke tujuan dengan selamat, maka catatan ini adalah memoar bagi keberhasilan saya. Namun bila ternyata langkah saya harus menepi dan menyaksikan perang dari pinggir gelanggang, maka catatan ini patut saya jadikan pengingat, dunia menulis sama sekali bukan dunia yang sepi. Sekali kau menjejakkan kaki di dalamya, kau akan tahu betapa riuh rendah dan sesaknya dunia itu. Kau harus sanggup berteriak untuk bisa didengar penghuninya. Jika tidak kau hanya akan kebagian jadi penonton saja.

Akan selalu ada jalan. As long as you belive that you can achieve.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar