Keluarga sakinah merupakan keluarga yang sangat didambakan oleh setiap
umat Islam. Sakinah berarti tenang, terhormat, aman, memperoleh pembelaan dan
penuh kasih sayang. Keluarga sakinah merupakan kondisi yang sangat ideal dalam
kehidupan berumah tangga. Karena itu ia tidak terjadi secara instan dan
mendadak, melainkan lahir dari suatu upaya serius dan memerlukan waktu serta
pengorbanan terlebih dahulu dan harus ditopang oleh pilar-pilar yang kokoh.
Membangun keluarga sakinah dimulai jauh sebelum sebuah akad nikah diucapkan oleh mempelai pria. Sebab, bagaimana sebuah hubungan dijalin dalam rangka menyongsong mahligai rumah tangga, menentukan apakah keluarga yang baru dibangun itu sakinah atau tidak. Keluarga sakinah merupakan sub sistem dari sistem sosial menurut Al Qur'an. Bukan bangunan yang berdiri diatas lahan kosong. Seluruh unsur dan aspek serta proses yang melandasi sebuah rumah tangga mesti bertolak dari nilai-nilai Al Qur'an.
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, di Sumba Barat telah berkiprah
suatu lembaga semi pemerintah yang dibentuk dan ditetapkan oleh Bupati
Kabupaten Sumba Barat yakni Badan Pembinaan, Penasehatan dan Pelestarian
Perkawinan atau biasa disingkat BP4. Lembaga ini diberi tugas dan wewenang
dalam hal pembinaan terhadap keluarga-keluarga Muslim di wilayah Sumba Barat.
Seperti yang telah kita maklumi bersama bahwasanya keluarga merupakan
unit terkecil dalam masyarakat. Jika kita hendak membangun masyarakat maka hal
terpenting yang harus kita lakukan pertama kali adalah membangun keluarga
terlebih dahulu. Dalam hal ini, membangun keluarga berarti mempertinggi mutu
perkawinan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah. Dengan demikian tugas BP 4
Kabupaten Sumba Barat tidaklah bisa dibilang mudah, sebab pembinaan terhadap
keluarga-keluarga muslim tersebut diharapkan mampu menjadikan keluarga sebagai
agen-agen perubahan yang bisa memberi implikasi positif terhadap pembangunan
masyarakat.
Membangun masyarakat harus dilaksanakan secara proporsional antara
membangun kesejahteraan material maupun spiritual. Kesejahteraan material
justru seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan moral,
etika, akhlak dan religi suatu masyarakat apabila secara spiritual terjadi
kemerosotan.Seperti halnya kondisi material, kondisi spiritual pun mengalami
pasang surut dan fluktuasi yang up
and down. Oleh
karenanya pembangunan spiritual perlu mendapat perhatian yang lebih serius
lagi.
Keluarga yang sejahtera secara material belum tentu menjadi keluarga
yang sakinah, yang bahagia. Penyalahgunaan obat, alkohol, perjudian, seks bebas
dan penyakit kemasyarakatan hedonis lainnya dapat menyebabkan keluarga menjadi
rentan terhadap kehancuran. Bukan suatu ekspektasi yang ingin kita raih bukan?
Maka nilai-nilai agama merupakan drug of choice (obat manjur) dalam melindungi
keluarga dari krisis dan ancaman penyakit hedonisyang serba permisif, dalam
upaya membangun keluarga sakinah yang sejahtera.
Sebagai masyarakat yang memiliki nilai dan kultur yang sarat asimilisi
budaya, keluarga muslim di Sumba Barat berada tepat di tepi jurang kemerosotan
akhlakul karimah. Ini dapat kita cermati
dari banyaknya keluarga yang mengalami kasus kehamilan di luar nikah,
pertikaian antara keluarga, orang yang
mengkonsumsi alkohol, perselingkuhan,
kekerasan dalam rumah tangga dan lain-lain. Kelengahan dan minimnya kesadaran
individu muslim untuk menerapkan nilai-nilai Ilahiah dalam kehidupan
sehari-hari berpotensi besar untuk menggiring masyarakat menjadi masyarakat
yang kering iman dan keyakinannya terhadap ajaran Islam. Kondisi tentu
memprihatinkan karena kekeroposan iman menjadi pintu gerbang segala perbuatan
yang amoral, tak beretika dan cenderung melawan hukum serta tatanan sosial yang
ada.
Hanya dengan menerapkan nilai-nilai agama secara kaffah (menyeluruh) dan secara
intensif, kekeroposan iman dapat dicegah. Hal ini bisa diwujudkan bilamana para
tokoh agama, lembaga-lembaga agama dan setiap keluarga mengambil sikap proaktif
menanggulangi secara dini setiap unsur-unsur yang mengikis iman dan moral
masyarakat.
Pembinaan dan penyuluhan agama sangat diperlukan tidak hanya untuk
menanamkan kebiasaan beribadah secara ritual belaka. Namun lebih dalam lagi,
pembinaan dan penyuluhan mesti menyentuh sisi dimana para keluarga dan
masyarakat harus memahami nilai-nilai ilahiah dalam seluruh lingkup kehidupan
sosial kemasyarakatan. Bila sekarang minum alkohol bagi kalangan muslim telah
dinilai wajar, seks di luar nikah dianggap biasa dan kekerasan dalam rumah
tangga hanya dipandang bumbu rumah tangga, maka sesungguhnya nilai-nilai agama
yang tertuang dalam Syariat Islam telah diremehkan. Lalu kemana perginya
manfaat sholat, puasa dan zakat serta
haji sementara ini? Ataukah masih banyak kaum Muslim yang enggan melaksanakan
ibadah ritual tersebut sehingga kemudian merasa tidak terbebani untuk melakukan
tindakan-tindakan yang amoral. Wallahu
a'lam
Di sisi lain, membangun masyarakat di bidang material pun masih
mengalami hambatan yang tidak bisa dianggap enteng. Sumba Barat merupakan
daerah tertinggal yang sumber daya alam dan manusianya masih sangat minim.
Meski pelan-pelan pembangunan mulai menggeliat namun hasilnya baru dapat
dirasakan oleh segelintir orang saja. Masih banyak masyarakat yang tinggal di
desa-desa, di tepian bukit dan pantai belum terjamah oleh pembangunan. Dapat
dibayangkan pula bagaimana sisi spiritualnya dapat mengalami perkembangan yang
signifikan, sementara pembangunan materialpun masih jauh dari bayangan.
Buta aksara, rendahnya pendidikan, rawan gizi dan minimnya sarana pra
sarana yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka, mengindikasikan bahwa
membangun masyarakat yang sakinah mesti berangkat dengan meningkatkan kualitas
hidup mereka. Sebagai contoh, Sumba Barat memiliki hampir seluruh wilayah yang
rawan gizi. Marasmus atau kekurangan bahan-bahan makanan berenergi dan
kwaskioskor atau kekuranagan protein dalam tubuh di Sumba Barat menempati
urutan kedua di NTT setelah TTS. Pada tahun 2007 saja terindikasi 27 kasus
marasmus dan kwaskioskor, padahal terdapat 1 kasus saja sudah merupakan
kejadian luar biasa yang semestinya harus segera ditindak lanjuti oleh
pemerintah.
Al Quran surat An Nisa ayat 9 menyerukan agar
umat Islam tidak meninggalkan di belakang mereka generasi yang lemah
kesejahteraannya. Umat Islam melalui keluarga-keluarga sakinah dianjurkan untuk
melakukan tindakan preventif agar generasi mendatang sejahtera dalam artian
seutuhnya. Rasulullah SAW menguraikan makna fid dunya hasanah
dalam arti sejahtera lahir dan batin. Sejahtera
lahir batin berarti Shihhatul
badani, shihhatul aqli, shihhatul qalbi wa ziyaadatul ilmi (sehat jasmani, sehat akal, sehat hati nuraninya dan bertambah
ilmunya).
Mengupayakan keluarga-keluarga Muslim agar menjadi keluarga sakinah
merupakan hal yang penting dan perlu. Sebab keluarga sakinah (tenang, tenteram,
aman dan sentousa) memiliki potensi besar untuk berkembang tanpa kehilangan
pegangan hidup. Disinilah peran BP 4 Kabupaten Sumba Barat tertumpu. Membantu
pemerintah untuk mewujudkan masyarakat sejahtera melalui pembinaan terhadap
keluarga-keluarga agar menjadi keluarga sakinah. Meski minim dana dan sarana BP
4 berupaya secara optimal mengentaskan keluarga pra sakinah menjadi keluarga
sakinah melalui pembinaan dan mengingkatkan kualitas rumah tangga melalui
Suscatin (Kursus Calon pengantin) dan memotivasi keluarga sakinah dengan
melaksanakan kegiatan Pemilihan keluarga sakinah teladan yang diselenggarakan
secara annual. Upaya yang telah dilaksanakan oleh BP 4 Kabupaten Sumba Barat
diharapkan mampu memberikan sumbangsih bagi pembangunan masyarakat di Sumba
Barat tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar