Geliat Masjid Agung Al Azhar


Bangunan Masjid Agung Al Azhar lama yang akan tinggal kenangan































Bagi umat Islam di Pulau Sumba Nusa Tenggara Timur, sebuah bangunan tua yang sederhana menyempil di 
sela-sela jejeran pertokoan di pusat kota Waikabubak ini pastilah tidak asing keberadaannya. Meski secara fisik masjid pertama yang didirikan di Waikabubak ini sangat jauh berbeda penampilannya  bila dibandingkan dengan masjid-masjid agung di kota-kota lain di Indonesia, namun eksistensi masjid yang bersejarah bagi perkembangan umat Islam di Waikabubak dan sekitarnya ini sangatlah penting. Sudah lebih seabad lamanya masjid ini menjadi pusat kegiatan umat Islam di Sumba Barat.


Kegiatan pertemuan tokoh agama dan masyarakat di Waikabubak untuk membahas rencana pemugaran Masjid Agung Al Azhar


Masjid Agung Al Azhar didirikan pada tahun 1911. Awalnya bangunan masjid itu terbuat dari bambu yang dipecah atau dipipihkan sebagi dindingnya. Sedangkan atapnya menggunakan alang-alang kering. Bentuk masjid itu pada masa itu mirip sekali dengan rumah alang-alang khas penduduk Sumba asli di pedalaman. Hanya saja, masjid ini tidak memiliki kolong sebagaimana rumah alang-alang lazimnya.


 Para tokoh agama dan anak-anak yang belajar mengaji di masjid berfoto bersama di depan bangunan pertama Masjid Agung Al Azhar.

Sebagai satu-satunya pusat ibadah umat Islam saat itu, masjid ini dijadikan tempat pertemuan para tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan perjuangan dan kemerdekaan. Meskipun skalanya kecil, namun hal tersebut  menjadikan masjid ini sebagai saksi sejarah Indonesia di masa lampau. Terlebih secara administratif,  Abdullah Bamualim oleh Pemerintah Belanda yang masih berkuasa ditunjuk sebagai Kepala Orang Islam atau Penghulu.


Para Tokoh Agama dan Masyarakat yang mengadakan kegiatan di Masjid Agung Al Azhar tempo doeloe


Pada tahun 1937, bangunan masjid di rehab dengan mengganti atap alang-alang menjadi atap seng. Kemudian pada tahun 1970 direhab untuk mengganti dindingnya menjadi dinding permanen. Terakhir masjid Al Azhar ini direhab pada tahun 1980 dengan biaya BanPres sebesar Rp. 17.500.000,-. Kemudian atas prakarsa tokoh umat Islam yakni H. MBH, Algadri (alm) masjid pertama di Waikabubak tersebut secara resmi ditetapkan sebagai Masjid Agung Sumba Barat dan diberi nama Al Azhar.


Masjid Agung Al Azhar setelah mengalami perbaikan atap pada tahun 1937


Di usianya sekarang yang menginjak 102 tahun, Masjid Agung Al Azhar akan kembali mengalami perbaikan. Rencana renovasi besar-besaran masjid ini sudah digaungkan sejak beberapa tahun belakangan, namun karena faktor romantisme masa lalu dari para pengurus sepuh di masjid ini, renovasi ini baru bisa dilaksanakan tahun 2012.

Dengan rencana biaya renovasi sebesar  7 milyar lebih, diharapkan dalam empat tahun ke depan, Sumba Barat sudah bisa memiliki masjid agung yang representative dan menjadi kebanggaan umat Islam. Sudah terlampau lama, Masjid Agung Al Azhar mempertahankan bentuk fisiknya yang sudah tidak memadai lagi untuk menampung jamaah dan juga secara arsitektur belum menampilkan ciri khas yang membanggakan Islam, kecuali kubah tuanya yang terbuat dari seng.


Renovasi Masjid Agung Al Azhar yang sedang berjalan

Kini sudah saatnya, masjid ini berdandan cantik agar semakin menggairahkan umat Islam untuk berduyun-duyun menyesaki rumah ibadah ini untuk mengagungkan nama Allah.

1 komentar:

  1. coba anda update lagi dong foto masjidnya...soalnya desain akhirnya keren lho

    BalasHapus