Percakapan Sebotol Bir


Rindu itu serupa pisau. Menikam-nikam menorehkan luka perih di jantung sepi....
Tapi yang kau rasakan bukan rindu, tukas sebotol bir mengusikku
....aku tahu. Ini cuma luka sayat kecil yang kugaris dengan kukuku sendiri.
Botol bir itu menyeringai diselingi buih yang meluber
Kujilat, kusesap dan kureguk pahitnya
bergulung-gulung bau sangit dan ribuan busa merajah mulutku
kau tak pernah tahu rasanya, bisikku menggoda birahinya
Botol bir itu tertawa...
Aku adalah saksi beribu rindu dan berjuta luka, ujarnya tanpa nada
di gelap sudut kamar seorang istri kesepian
di meja bar pelacur jalang yang terhina oleh pandangan mata manusia
di ranjang lelaki yang egonya kalap demi keperkasaan perempuan yang dicintai
di dapur seorang manusia frustasi setelah hilang seluruh ambisi
di jalanan sepi saat seorang putus asa menanti kekasih yang tiada
di hatimu.... saat merindukan mati
....
Sebotol bir kugenggam dengan mesra, ia mendesah manja
kupeluk erat seperti anak kecil memeluk bonekanya
ah, ia semakin gelisah
aku tahu hasratnya seolah meminta segala yang kupunya
satu-satunya nyawa
kupeluk hingga botol hitam mengkilat itu menggeliat
Inilah rindu, tiba-tiba ia berseru
Kupecah botol itu seiring letupan ekstasi yang menyeruak di selangkanganku
kutancapkan sebilah kaca tepat di dadaku
Inilah rindu
Kataku....

2 komentar: