Saya diminta untuk membimbing santri Pondok Pesantren Baitul Hikmah untuk menghadapi even POSPEDA yang akan dilaksanakan awal Mei. Dimana salah satu cabang lomba yang digelar adalah cipta puisi. Suatu hal yang tergolong baru. Dan menarik.
Bagi saya menarik sekali menyaksikan remaja-remaja yang sehari-hari bergelut dengan kitab kuning, mengaji dan mendalami ilmu agama, tiba-tiba merenung berimaji dan mengukir kata-kata yang bergelimang rima. Meski jauh dari sempurna dan keindahan mungkin belum sepenuhnya mereka capai, tapi kerja keras mereka patut saya acungi jempol.
Tidak mudah menulis puisi. Benar, kan?
TUGAS I
Tema Hujan
(tanpa
judul)
Karya
Buhari
Dikala
ku sepi
Engkau
datang menghampiri
Rintik
suaramu
Menemaniku
di sunyinya malam
Hujan....
Lelapkan
tidurnya
Iringi
malamnya
Sampaikanlah
Bahwa
aku merindukannya
Hujan
Karya
Saud Abdul Rajab
Hujan
adalah bingkisan langit
Yang
terus menetes dan menetes
Setiap
saat kulihat atau kudengar
Suara
rintikanmu
Engkau
membasahi atap rumahku
Dan
aku tahu itulah hujan
Hujan
Karya
Muawiyah Jafar
Hujan,
berkatmu tumbuh-tumbuhan dapat hidup
Padi
yang ditanam petani dapat hidup, karnamu hujan
Bahkan
danau yang kering sekalipun dapat tumbuh kembali karnamu
Sungguh
sayang jika engkau tak lagi membasahi bumi
Tumbuh-tumbuhan
akan mati
Bahkan
manusia pun akan mati karena kehausan
Hujan
Karya
Setiyawan
Tetes
demi tetes butiran air turun dari langit
Detik
demi detik tetesan air semakin banyak
Dingin
pun menyelimuti suasana keluarga ini
Suara
petir pun menyambar sana-sini
Pohon-pohon
basah semua terkena tetesan air
Titik
air pun jatuh ke tanah dan terkumpul
Dingin
dan suara petir yang kami rasakan
Beberapa
jam kemudian hujan pun berhenti
Aku
pun melihat halaman rumahku
Dan
semua yang ada di luar basah kuyup
Hujan
Karya Aris Abdul Aziz
Pada suatu hari, rumahku dilanda banjir
Karna kekejamanmu hujan, engkau telah
menghanyutkan rumahku
Sungguh engkau sangat kejam, hujan
Tetapi alangkah bagusnya kamu bisa menghidupkan
tumbuh-tumbuhan
Dan membawa keuntungan di muka bumi
Jika engkau tidak hujan di bumi ini
Maka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan akan mati
Hujan
Karya Jamal
Hujan adalah tetesan air dari langit
Hujan memberikan sumber kehidupan pada makhluk di
bumi
Apabila engkau turun, tanaman atau makhluk merasa
senang
Karna engkau memberikan pertolongan kehausan pada
kepanasan
Hujan kadang-kadang menyebabkan kejadian yang
fatal
Seperti engkau merusak desaku karena banjir
Hujan kadang-kadang engkau
memberikan pertolongan
Akan tetapi engkau merusak
desaku dan menghilangkan keluargaku
Hujan dan kadang-kadang pula
engkau menghambat aktifitas kami
Hujan engkau turun tidak
mengenal waktu bila tiba musimmu
Karna itu kami terhalang dengan
aktifitas kami
Rintikan Hujan
Karya Ana Faridatul
Laila
Di kala engkau
menetes
Aku tersenyum
dengan kahadira mu
Di kala
butiran-butiran mu jatuh
Tubuh ini terasa di
landa badai
Bunyi-bunyian yang
kau perdengarkan
Menggugah harsat ku
Dingin yang kau
berikan
Memberikan
kesyahduan dalam jiwa
Gumpalan-gumpalan
yang kau turunkan
Menetes….
Meresap di
sela-sela kulitku
Udaramu….
Menyejukkan
kalbuku….
Permintaan Hujan
Karya Asmidi Larasati
Di dalam yang sunyi
Ku duduk sepi
sendiri
Di temani dinginnya
angin
Dan derasnya hujan
Dalam derasnya air
hujan
Aku teringat kepada
seseorang
Seseorang yang
sangat ku sayang
Kini telah pergi
tinggal daku seorang
Hujan sampaikan
padanya
Aku merindukannya
Walapun telah tiada
Aku tetap
mengingatnya
Rintik
Karya Nur Khoiriyah
Di suasana yang
begitu kabut
Kau turundengan
titik-titik air
Kau membasahi
sedikit demi sedikit bumu ini
Atap rumah yang
begitu sunyi
Kau teteskan dengan
rintik mu
Yang begitu
periahan
Bagiku kau adalah
sebuah titik yang ku tulis di buku
Kau kutitik
diantara kalimat-kalimat akhir
Yang membuat orang
berhenti membaca
Sungguh begitu
mulia tuhan menurunkanmu
Meneteskan
rintik-rintik hujan yang indah
Terima kasih atas
mulia mu tuhan
Bersamamu
Karya Emilia Sabania
Kau bagaikan tetesan
tetesaan air suci
Yang membasahi
jiwaku
Yang menyejukan
hatiku
Hatiku yang gelisah
dapat terobati
Karena merasakan
kelembutan tetesanmu
Suara deraian mu
yang lembut
Bagaikan alunan
alunan senandung Al-Qur’an
Tetesan mu
menyadarkanku akan arti kedamaian
Indahnya saat-saat
bersama familiku
Aku teringat
ibundaku
Ibunda yang mana
disaaat aku sepi
Ia mengisi
hari-hariku
Aku ingin…
sekali seperti dulu
Merasakan
kebersamaan bersama ibu
Biarlah impian itu
berlalu bersama mu
Karena mungkin
impian itu
Takkan tercapai
Biarlah engkau yang
menggantikan hari-hari itu
Hari-hari yang
indah
Di mana saat
bersama ibu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar