Dimsum Terakhir dari Naima



Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi seorang perempuan selain menerima hadiah. A Gift. Sebuah Kado. Entah dari kekasih, teman, anak atau mungkin dari seorang yang kita tidak pernah sangka bahwa suatu saat ia akan memberi sebuah hadiah. Semua efeknya sama. Membahagiakan. Apa lagi namanya kalau bukan bahagia mengetahui bahwa ada seseorang di luar sana yang sempat memikirkan kita dan merasa bahwa keberadaan kita berarti bagi dirinya sehingga ia merasa perlu untuk mengekalkan keistimewaan hubungan itu dengan sebuah hadiah. Agak sedikit ada unsur Ge eR, sih. Tapi seperti itulah rasanya buatku


Yup, aku baru saja menerima sebuah hadiah yang terdiri dari dua buah buku. Sebuah buku berjudul Perfect Timing dari Jill Mansell dan satunya lagi adalah buku yang sangat kuidam-idamkan. Dimsum Terakhir-nya Clara Ng. Sudah lama aku "memburunya", namun ternyata tanpa kusangka aku mendapatkannya begitu saja dari seorang muridku dulu di MTsN Waikabubak. Padahal, waktu aku dan Naima, begitu nama muridku itu, bertemu kembali di Facebook, Naima sudah frustasi kepadaku sebab aku ternyata sudah kehilangan memori tentangnya. Meski aku sudah menguras kolam ingatanku, tetap saja sosoknya samar-samar.

Lalu untuk menebus rasa bersalahku, aku berjanji untuk menghadiri pernikahannya secara khusus. Dia senang sekali dan begitu menanti-nantikan momen itu. Sampai kemudian kami bertemu di hari istimewanya itu. Kurang lebih dua-tiga bulan yang lalu. Aku menemuinya di kamar pengantin dan tak bisa berhenti menatap wajahnya. Bahagia memancar seperti bulan purnama di wajahnya yang tirus itu. Selain mengagumi kecantikannya aku juga masih mencari-cari seraut wajah mungil yang dulu duduk di kelas selagi aku memberikan pelajaran SKI, bertahun-tahun dulu. Ah, betapa rapuhnya ingatanku.

Buku Dimsum Terakhir yang Naima hadiahkan kepadaku, rupanya menjadi semen perekat rumah ingatanku yang sudah rapuh itu. Sebab bisa saja bertahun-tahun dari sekarang tatkala keadaan berubah, mungkin aku dan Naima akan lost contact oleh suatu alasan. Jarak dan waktu sering menjadi racun bagi sebuah hubungan.  Dan aku memiliki ingatan yang serapuh istana pasir. Namun jika pun itu terjadi, ada Dimsum Terakhir yang bisa menambal bolong-bolong dalam ingatanku. Seperti sebuah kalimat dalam sajakku; Suatu saat buku ini tamat kubaca namun namamu takkan tamat kueja.

Terakhir, untuk Naima, selamat ya Dear. Hopefully your life fullfill with a lot of joy, happiness and be blessed by God. Bila nanti dirimu sampai di Jepang bertemu dengan suami terkasihmu, sampaikan salam ibu pada gunung Himalaya dan bunga sakura.





2 komentar:

  1. boleh juga klo dibagi resep dimsumnya, heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, kalo yang itu tinggal tanya sama mbah Google ajah...

      Hapus