One Day One Poetry



Tahniah. Ini bulan April...!

Apa istimewanya dengan bulan April? Apa karena di bulan ini seratus tiga puluh empat tahun yang lalu RA. Kartini lahir, lalu karenanya kita dapat menikmati kumpulan surat-suratnya yang ajaib dalam 'Habis Gelap Terbitlah Terang'? Atau karena peraih nobel sastra asal Prancis Anatole France lahir tiga puluh empat tahun sebelumnya? Atau karena William Shakespeare, sastrawan besar dunia dari Inggris itu terlahir pada 23 April 1564 silam, sehingga kemudian kita bisa mengenal kisah tragis Romeo dan Juliet yang masyhur itu....

Bukan. Bukan karena itu April kali ini sedikit ingin saya maknai. Biarlah mereka, para pembesar dunia mewarnai April dengan kemunculannya ke alam fana ini lalu dengan jenius menorehkan karya-karya yang menakjubkan dunia. Saya hanya ingin memproklamirkan sebuah resolusi di awal April yang penuh hawa iseng ini. A single simple resolution of mine.

Agak aneh memang meluncurkan sebuah resolusi di saat orang sedunia tengah jail-jailnya membodohi, menipu dan membuat panik orang di sekelilingnya. Tapi saya harus melakukan sesuatu sekarang juga. Meskipun bukan sesuatu yang besar dan berarti, setidaknya berbuat sesuatu meski kecil lebih baik ketimbang melewatkan waktu secara sia-sia. Begitu saja. Sederhana saja. Maka jadilah, Resolusi April.

Kemarin saya merasakan pendar yang hangat dan mencengangkan, saat seorang santri putri binaan saya menyerahkan selarik puisi gubahannya. Puisinya begitu sahaja, menemakan gundah saat didera perihnya cinta. Khas remaja. Namun ada yang memikat hati saya. Diksinya mulai ranum. Rimanya terlihat serupa tunas-tunas muda pada sebatang pohon, bermunculan pelan tapi pasti. Dan iramanya, ahai...saya hampir tidak dapat menahan pekik girang saya saat itu. Begitu bernas seperti padi yang mulai berisi. Lihat saja DISINI.....

Sebuah sensasi yang mendebarkan menyelinap ke sudut-sudut relung dada saya. Lalu begitu saja tercetus ide untuk membuat resolusi itu. 

One Day One Poetry. Satu Hari Satu Puisi.Saya merasa dibangunkan oleh sebuah cahaya. Saya begitu tergugah dan berpikir betapa sia-sia selama ini saya melewatkan waktu begitu saja. Padahal ada sebuah keajaiban yang menunggu di ujung senja. Keajaiban yang muncul dalam wujud kata-kata. Keajaiban yang hanya muncul jika kita merapalkan mantra dalam wujud goresan pena, torehan aksara yang ditulis dengan tangan saya.

Sedangkan seorang kanak-kanak yang baru saja tumbuh, telah menjemput keajaibannya sendiri melalui sebuah puisi. Betapa naifnya saya, memberi segala dalih dan alasan untuk melindungi kemalasan dalam menulis. Dan ini tidak boleh dibiarkan.

Hanya dengan Resolusi inilah saya meneguhkan tiang pancang keteguhan dan ketabahan hati dalam menulis. Tidak besar. Bukan sesuatu yang mengguncang dunia. Hanya menulis sebuah puisi dalam satu hari selama April. Namun saya tahu saya memerlukan ini sebagai ganti tangan seseorang untuk memeluk, menenangkan dan meneguhkan hati saya di kala penat melanda.

Waikabubak, 1 April 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar