Selamat Ultah Liz....



Liz......ini teteh. Dari jauh mengucapkan selamat padamu atas usiamu yang bertambah satu. Atau berkurang satu dari jatah usiamu di dunia ini....

Masih kuingat dulu, dua puluh tiga tahun yang lalu. Sosokmu yang lucu menggemaskan, membuat aku diam-diam bangga memiliki seorang adik sepertimu. Pipi gembil kemerahan seperti tomat yang dijual di pinggir jalan sepanjang Lembang. Rambut hitam lebat panjang berponi. Tawamu yang lucu. Dan matamu yang sedikit sipit sehingga semua orang di sekitar kita memanggilmu Oshin.

Mungkin dirimu tak pernah tahu, aku meskipun diam-diam membanggakan dirimu, namun pernah sesekali aku mencubitmu. Bukan karena gemas, tapi karena jengkel ketika dirimu yang masih kanak-kanak itu menangis meminta perhatianku. Lalu suaramu yang melengking membuat Mamah, memarahiku. Ketika itu, aku hanya bisa memendam sebel, yang kini sudah berubah menjadi sebuah kenangan yang membuatku senyumku simetris.

Sebagai kakak, menggendong tubuhmu yang mungil dan lucu, sungguh menyenangkan. Seperti menggendong boneka barbie yang tak pernah aku miliki. Sebuah pengalaman yang kemudian aku temukan kembali sensasinya tatkala aku menimang anak-anakku. Salah satunya yaitu yang kedua, pada suatu saat tertentu, seperti menjelma menyerupai dirimu saat bayi dulu.



Lama waktu berlalu. Mengubah sosokmu menjadi seorang gadis. Dan aku seorang ibu yang beranjak menjadi perempuan paruh baya. Apa yang bisa ku perbuat untukmu, tanya batinku saat memandang tubuhmu yang semampai dan wajahmu yang selalu menyiratkan kemanjaan. Lalu terjadilah peristiwa yang tak kan pernah kulupakan seumur hidupmu. Sebuah pertemuan yang mungkin mengakibatkan air matamu sulit kering tahun terakhir ini.

Kadang aku menyesali mengapa aku harus ceroboh dan terlalu yakin bahwa keinginanku juga keinginanmu, akan menemukan akhir bahagia. Happy ending ever lasting. Tapi kenyataan berbicara lain. Dirimu harus terluka oleh uluran tanganku. Dan tak berhenti hatiku menyalahkan diriku atas itu, hingga aku tak pernah punya keberanian untuk berbicara denganmu bahkan sampai saat ini.

Adikku....
Maafkan kakakmu ini. Sepanjang hidupmu yang telah mencapai seperempat abad, mungkin aku tak pernah berhasil membuat dirimu tersenyum bahagia dan bangga menyebut namaku dan mengatakan itulah kakakku. Entah mungkin jejak kenangan yang terekam dalam sanubarimu hanyalah jejak-jejak lusuh dan kotor yang tak indah untuk kau kenang.

Namun meskipun begitu, izinkanlah kakakmu ini mendoakan keselamatanmu, kebahagiaanmu, kesuksesanmu di masa yang akan datang. Karena hanya doalah yang bisa aku berikan untukmu. Hanya kepada Tuhan Yang Maha Memberi-lah aku titipkan dirimu. Semoga Dia selalu mengiringi setiap desah nafas dan kedipan matamu. Menaburimu dengan kasih sayang yang tak sempat aku curahkan kepadamu. Dan melindungi perjalananmu mengarungi kehidupan di sisa usiamu.

Selamat adikku. Engkau kini sudah bukan lagi kanak-kanak. Kini dirimu adalah seorang perempuan dewasa. Tak lama lagi, di sisimu akan ada lelaki tepat yang akan selalu merasa dirimulah perempuan terbaik di dunia ini.


2 komentar:

  1. Lagi2 Liz ga kuasa menahan jatuhnya air mata saat baca tulisan teteh..
    Liz gapapa teh,, cerita itu memang harus ada dalam lembar kisah hidup Liz..karna dari sana banyak hal yg bisa Liz ambil untuk perjalanan Liz kedepannya. ^^
    Maafin tingkah Liz yg kecil sampe Liz yg sebesar ini teh,,
    Liz sayang teteh,, Liz ga mau jarak yg jauh saat nie menjauhkan pula diri Liz dr teteh. Biarkan 'tembok pembatas' itu luruh termakan waktu,,
    Miss u teh,,

    BalasHapus