Gran Torino


Hampir semua orang mengenal nama Clint Eastwood. Pria gaek itu pada masanya terkenal sebagai artis film hollywood. Film-filmya sangat diminati oleh pecinta film. Sebut saja Film Dirty Harry, Firefox, Pink Cadillac, Midnight in a Garden of Good and Evil, Million Dolar Baby dan Gran Torino. Total keseluruhan film yang dia perankan sudah lebih dari tujuh puluhan film. Hampir kebanyakan dari film itu bergenre film action. Namun film yang terakhir saya sebut diatas ternyata adalah sebuah film drama. Meskipun kesan jagoan masih lekat pada perannya di film tersebut.

Saya kecele. Ketika beberapa hari yang lalu saya melihat iklan filmnya di salah satu tivi swasta, saya pikir film Gran Torino adalah film action. Dalam adegan yang dicuplik untuk iklan pra tayang itu Clint Eastwood terlihat berdiri dalam keadaan marah kepada sekelompok pemuda yang ngebut di depan rumahnya. Mungkin juga kesan itu saya tangkap justru karena saya tak menyimak baik-baik narasi iklan film tersebut.


Akhirnya karena sedikit penasaran saya pun duduk manis dan menonton film yang diproduksi di tahun 2008 itu. Saya hampir akan meninggalkan tivi ketika sepuluh menit pertama, film itu menceritakan perkabungan Walt Kowalski, peran yang dilakonkan Clint Eastwood, karena ditinggal mati istrinya. Agak membosankan mendengarkan dialog yang hambar dalam suasana muram. Saya malah sempat membuka laptop dan mengakses internet untuk membunuh kebosanan saya.

Namun suasana berubah hidup, saat scene menggambarkan Walt yang hidup sendirian dipaksa oleh tetangganya yang imigran miskin asal Korea untuk menerima tenaga anak laki-lakinya untuk bekerja di rumahnya Walt. Tetangganya memaksa Walt untuk mempekerjakan anaknya yang bernama Thao sebagai hukuman karena Thao berusaha mencuri mobil kesayangan Walt, sebuah Gran Torino keluaran tahun 1972.

Rupanya Thao dipaksa mencuri sebagai inisiasi pertamanya untuk menjadi anggota geng yang diketuai oleh sepupunya. Dia gagal, karena Walt memergoki ulahnya dan mengusir anggota geng dari rumahnya. Sayangnya adegan itu luput dari pandangan saya, karena saya tengah mengalihkan perhatian ke layar laptop.

Meskipun awalnya Walt enggan mempekerjakan Thao, namun akhirnya Walt menjadi akrab dengan Thao. Dia mengajari Thao cara-cara memperbaiki rumah dan alat-alat elektronik. Memberikan nasehat bagaimana memikat seorang gadis. Dan mencarikan pekerjaan untuk Thao sebagai tenaga konstruksi pada perusahaan milik temannya.

Jalinan persahabatan itu juga diikuti dengan jalinan persahabatan Walt dengan komunitas imigran Korea yang sekarang mendominasi lingkungan tempat tinggalnya, yang mana dulu sangat ia sesalkan. Walt seperti mendapatkan keluarga. Sementara kedua anak dan cucu-cucunya tidak pernah bisa akrab dan dekat kepadanya. bahkan mereka cenderung antipati dan tidak menghargai Walt.

Hingga, pada suatu hari, Thao yang baru pulang dari pekerjaannya, dicegat dan dibully oleh sepupu bersama gengnya. Mukanya disundut rokok dan peralatan kerja dirampas. Walt melihat keadaan Thao yang berantakan bertanya dan akhirnya marah setelah tahu itu adalah perbuatan sepupu Thao.

Walt menyambangi rumah sepupu Thao, dan mengancam mereka untuk tidak menggganggu Thao dan keluarganya lagi.

Merasa diremehkan, sepupu Thao dan gengnya pada suatu malam menembaki rumah Thao dengan senapan, lalu melarikan diri. Semua panik, ribut dan ketakutan. Walt yang saat itu sedang ada di rumahnya, bergegas lari menuju rumah Thao dan mendapati Thao lehernya terserempet peluru. Keadaan rumah berantakan. Beruntung ibu dan nenk Thao selamat. Namun semua mendadak kuatir saat sadar bahwa kakak perempuan Thao sedang berada di luar rumah. Semua takut sepupu Thao melakukan hal yang buruk kepada kakak perempuan Thao.

Beberapa jam setelah menunggu, terdengar deru mobil berhenti di depan rumah. Lalu tiba-tiba, semua terkejut melihat kakak Thao pulang dalam keadaan babak belur dan berantakan.

Walt merasa bersalah. Sepupu Thao masih bebas karena tidak ada saksi kejahatan itu. Dia gundah, dan berpikir keras. Akhirnya setelah dia melakukan pengakuan dosa yang sudah lama sekali tidak pernah dia lakukan, Walt merencanakan balas dendam.

Thao yang berkeras ingin bersama-sama Walt membalas dendam kepada sepupunya, dia kurung di basement rumahnya. Lalu dia mendatangi rumah sepupu Thao. Di depan rumah sepupu Thao, Walt sengaja menantang dan memprovokasi sepupu Thao agar mengeluarkan senjata. Semua sudah siap menarik pelatuknya. Tinggal menunggu pemicunya saja. Di sekitar rumah, orang mengulurkan kepalanya ingin tahu apa yang akan terjadi. Dan Walt beraksi seperti hendak mengeluarkan senjata dari balik bajunya. Sepupu Thao dan gengnya memberondong walt dengan senjatanya. Walt tumbang. Saat tangan terbuka, ternyata dia sama sekali tidak membawa senjata. Walt mengorbankan dirinya untuk menyeret sepupu Thao dan gengnya ke penjara.

Saya sangat tersentuh sekali di ujung cerita. Betapa seorang lelaki tua yang kesepian rela menukar nyawanya demi membela tetangganya yang baru dikenalnya.

Lalu apa yang dapat saya petik dari film tersebut?

Pertama, benarlah jika ada ungkapan yang mengatakan,  keluarga menjadi orang asing dan orang asing menjadi keluarga. Film Gran Torino lugas mengggambarkan ungkapan tersebut. Bagaimana anak dan cucu Walt sedemikian asing bagi dirinya, sementara Thao dan keluarga yang baru saja dikenalnya justru mengambil peran yang seharusnya dilakukan oleh anak dan cucunya. Memberikan perhatian, kasih sayang dan mengisi hari-hari Walt dengan sejumput kebahagiaan, meski sekedar dengan menawari makanan.

Kedua, betapa pilunya hidup seseorang saat di masa tuanya, dia harus menghabiskan waktu sendirian. Walt sungguh pas memerankan gambaran itu. Terkadang anak melupakan seluruh pengorbanan orang tuanya dalam membesarkan dirinya, lalu melakukan pembiaran-pembiaran yang menyebabkan orang tua merasa tidak memiliki keluarga. Dengan film ini saya belajar untuk lebih menaruh perhatian kepada kedua orang tua saya.

Catatan asal-asalan ini saya buat untuk mengingatkan diri saya sendiri.


Repost from My Facebook Notes, Waikabubak 18 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar