Mengungkapkan Emosi Dalam Kata


#1

Setiap kata yang didengar berubah menjadi nada melankoli, membuat hati kelabu. Serupa mendung yang menggantung saat jiwa tercenung murung. Setiap senyum yang tersungging dari bibir, berubah menjadi getar memantik titik air yang menggenang diam menjelma telaga di mata . Setiap gelak keramaian berubah senandung sendu yang mengurung kalbu dalam sembilu. Saat dimana kita benar-benar  ingin sendiri, meski disaat sama berharap serengkuh pelukan. Saat dimana kita ingin berbagi nafas dengan udara agar tidak sesak di dada.


#2

Aku ingin mengobrak-abrik perabotan rumah, membanting piring, gelas dan isi mejanya sekalian. Semua urat di tubuh tegang, naik darah sampai di kepala dan nafas terengah-engah seperti tidak sanggup menahan gelontoran cacian di lidah. Berteriak memaki hingga ke ujung langit dan menyumpah serapah apa saja yang coba untuk mendekat. Otak serasa kalap dan muntab. Seperti api yang meluap-luap ingin memanggang semua yang menantang. Jangan coba menyela kalau tidak ingin merasakan panasnya hardikan. Semua jadi bangsat keparat.

#3

Wajah basah kuyup oleh kristal bening  yang turun dari telaga di kelopak mata. Serupa hujan yang dicurahkan oleh langit di pagi hari. Suram oleh mendung yang menggayut di cakrawala hati. Lirih erangan  yang menyayat membuat getir sanubari. Siapapun yang berada di dekatnya akan tersirap dan turut merasakan kegetiran yang berkelindan dari  kemilau anak sungai di pipi. Wujud lain dari penderitaan yang tak tertanggungkan. Tumpah ruah menjadi jeritan yang penuh ratapan.

#4

Tidak ada siapa-siapa disampingku. Bahkan daun meranggas menggugurkan diri seperti ingin menghindariku. Kemanapun aku melangkah yang ada hanya angin yang berkesiur, bunyi keretak ranting patah dan tunggul-tunggul pepohonan yang membisu. Bumi seperti lahan kosong tak berpenghuni. Bahkan aku berbicara pada bayanganku sendiri. Dan tertawa pada gaung suaraku yang memantul di ujung cakrawala. Lalu mengeluhkan perasaanku pada mimpi yang enggan datang di tidurku yang tak pernah jenak. Mimpi dan tidurpun tak hendak peduli.

#5

Ada yang menggondok di leher, rasanya ingin mencubit paha orang sampai biru lebam. Atau menjitak kepala orang sampai buku-buku jari serasa kaku. Rasa yang tidak enak nyangkut di hati. Pengennya meluapkan sesuatu yang nyangkut di hati itu dengan semburan makian, tapi tidak bisa. Hanya tinggal menyesak di dada



4 Desember 2012 yang meluluhkan. Lilik, trust to yourself, Honey. You are strong woman.....Get up and run like a horse....!!!

Repost from My Facebook Notes, Waikabubak, 4 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar