Tidak terasa perjalananku mengikuti Audisi Menulis yang
diselenggarakan oleh Gradien Mediatama sudah memasuki minggu ke 7. Saya
sudah menulis 11 judul cerita mulai dari cerita super mini yang minimal
berisikan 350 kata, sampai cerita pendek yang memuat 3000 lebih kata.
Jika termasuk dengan minggu remidial, maka total cerita pendek yang saya
tulis sudah mencapai 12 judul.
Yang bisa saya dapatkan dari audisi menulis ini sebenarnya adalah
petuah sederhana yang sudah seringkali saya dengar dari orang tua dan
orang-orang bijak, yaitu bahwa siapa yang bersungguh-sungguh maka ia
akan mendapat apa yang diinginkannya.
Man jadda wa jada. Siapa yang tak kenal kata-kata ini? Saya mendengar
kata mutiara Arab ini pertama kalinya ketika saya masih kelas 5 SD. Ibu
sayalah yang memperkenalkan kata mutiara tersebut saat saya sedang
mengikuti pelajaran di Madrasah Diniyah yang kebetulan dipimpin dan
salah satu pengajarnya adalah ibu saya. Waktu itu saya hanya diberi
tugas untuk menulis kata mutiara itu dengan sebaik-baik tulisan. Entah
karena saya masih terlalu kecil, atau karena sayanya kurang
memperhatikan, kata mutiara itu mampir di otak saya sebatas hafalan
saja. Saya belum bisa memaknai kata mutiara yang kini terkenal setelah
A. Fuadi, mengusungnya menjadi nyawa dalam novelnya Negeri Lima Menara.
Makanya ketika kemudian saya membaca Novel tersebut, ingatan saya meruah
kembali kepada pelajaran yang saya terima dari ibu saya.Yang mengendap
begitu saja tanpa bisa saya pahami dan ejawantahkan maknanya dalam
kehidupan sehari-hari.
Bertahun kemudian, saya menemukan sebuah buku yang bagus yaitu The
Alchemist karya Paulo Coelho, penulis hebat dari Brazil (kalau tidak
salah). Paulo menulis “And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it".
Dan, ketika dirimu menginginkan sesuatu, seluruh semesta raya bersekutu
untuk membantumu mencapai apa yang kau inginkan. Kata-kata yang ditulis
dengan kalimat lain dari kata mutiara Man Jadda Wa Jada, tapi saya
mengartikannya sama. Siapa saja yang benar-benar menginginkan sesuatu
maka niscaya ia akan mendapatkannya, selama dia benar-benar berusaha
untuk itu.
Itulah yang sedang saya renung-renungkan beberapa hari ini. Betapa banyak hal yang saya lewatkan karena saya kehilangan passion untuk
mendapatkannya. Saya sering merasa kalah sebelum bertanding. Dan sibuk
menghitung-hitung bisa atau tidak, mampu atau tidak, sanggup atau tidak.
Sampai akhirnya saya tidak melakukan apa-apa dalam meraih impian saya.
Saya diam di tempat.
Saya merasa bersyukur dipertemukan dengan Gradien Audisi. Melalui
ajang inilah saya benar-benar mempraktekkan pelajaran yang saya terima
saat masih kelas 5 SD itu. Saya diarahkan untuk melakukan sesuatu dengan
usaha maksimal. Menulis hingga merasa mentok, tapi kemudian menulis
lagi untuk sampai pada garis finish yang ditentukan. Saya didorong,
dipaksa dan dikejar mati-matian untuk menulis. Menulis. Dan menulis
lagi.
Kini, setelah perjalanan saya pada audisi ini sudah hampir mencapai
garis batas yang ditentukan, saya baru menyadari betapa benarnya kata
mutiara itu. Dan betapa banyaknya waktu yang telah saya buang percuma.
Tapi ini belum apa-apa. Audisi ini bukan puncak keberhasilan saya.
Ini adalah sebuah awal. Ibarat jalan, sekarang saya tengah menghadapi
sebuah jalan terjal dan mendaki. Dan bukan tidak mungkin di balik
tikungan tajam yang menyembunyikan pandangan saya dari apa yang akan
saya hadapi di depan, sudah menunggu onak, duri, jurang yang menganga
dan hewan buas yang siap menyarangkan taringnya kepada saya.
Perjuangan saya yang sebenarnya ada di balik audisi ini. Jika saya
lolos, bisakah saya memenuhi tantangan dari gaung yang memantul-mantul
dari dalam hati saya. "Menulislah sesuatu yang akan membuat dunia
melihatmu. Mungkin kau ada di sebuah pulau terpencil, jauh dari
peradaban dan masih setengah primitif, tapi apakah itu akan terus
menghalangimu? Menulislah sesuatu. Buatlah dunia tahu akan dirimu."
Jadi, kenapa tidak? Bukankan seisi dunia sekarang sedang berkonspirasi untuk membantu saya mewujudkan sebuah mimpi?
Repost from My Facebook Notes, Waikabubak, 24 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar