Tersenyum bangga.
Itulah reaksi spontan ketika saya sore itu mendapati secarik kertas
berisi tulisan tangan Icha, anak bungsuku (yang kuharap bukan bungsu,
tahu kan maksudku, hehe). Tulisan itu seperti setetes embun yang
menyejukkan hatiku yang sedang kering kerontang gegara dua minggu ini
seolah tak mendapatkan siraman hujan. Ya, aku gagal melenggangkan kakiku
ke audisi lebih lanjut di Gradien Audisi yang sudah kuikuti selama
hampir dua belas minggu. Itu berarti 3 bulan. Selama itu aku bagai bibit
tanaman yang berkecambah dan menumbuhkan tunasnya yang hijau segar,
disirami oleh air nutrisi yang secara berkala setiap Selasa saya
dapatkan via dunia maya. Lalu tiba-tiba semua berhenti. Saya mulai layu
dan mengering selama dua minggu ini. Setiap hari hanya menengok inbox
yang tak kunjung bertambah pengirimnya kecuali notifikasi dari
Goodreads. Facebook, Google+ dan jejaring sosial lain. Its over. Game
Out.
Dan beberapa hari lalu, saya begitu sumringah membaca karangan pertama Icha. Mengapa saya harus berlama-lama terhanyut dalam kegalauan? Bukankah Audisi itu hanya ajang untuk menambah wawasan menulismu? Come on, Lik. Look at your child? She wrote something wonderful at her age. Its great contemplation for you. Its a nice spirit from your youngest child.
Okay. Hentikan segala pikiran negatifmu. Mulailah menulis lagi. Just like your child has show to you through this nice story below.
Kebun Binatang
Aku berdiri di samping rumah. Memandang ke langit berbentuk binatang.
Aku berpikir kalau suatu saat nanti aku bisa pergi ke kebun binatang.
Ini saat yang tepat. Aku mengajak ayah dan ibuku pergi ke kebun binatang.
Setelah beberapa jam aku dan kelaurgaku sampai di kebun binatang.
Binatang yang ada di sana sangat banayk terutama binatang buas.
Ada harimau, singa, beruang dan lain-lain.
"Hei, lihat ada monyet,"teriak Sinta.
"Wah, iya, ada monyet," kata Rauda.
Waktu telah berlalu lama. Hari juga sudah sore. Aku dan keluargaku pulang ke rumah.
Setelah aku sampai ke rumah, temanku datang ke rumahku untuk kerja kelompok.
Demikianlah karangan cerita saya dan terima kasih.
Karya Nawrah Izzatun Naja
See...? Betapa kuatnya gaya penuturan ceritanya. Meski sederhana dan singkat, tapi Icha sudah merasakan nikmatnya menulis. So enjoy your writing, Lik.
Selasa, 4 Desember yang tak juga habis-habis. WTH....
Dan beberapa hari lalu, saya begitu sumringah membaca karangan pertama Icha. Mengapa saya harus berlama-lama terhanyut dalam kegalauan? Bukankah Audisi itu hanya ajang untuk menambah wawasan menulismu? Come on, Lik. Look at your child? She wrote something wonderful at her age. Its great contemplation for you. Its a nice spirit from your youngest child.
Okay. Hentikan segala pikiran negatifmu. Mulailah menulis lagi. Just like your child has show to you through this nice story below.
Kebun Binatang
Aku berdiri di samping rumah. Memandang ke langit berbentuk binatang.
Aku berpikir kalau suatu saat nanti aku bisa pergi ke kebun binatang.
Ini saat yang tepat. Aku mengajak ayah dan ibuku pergi ke kebun binatang.
Setelah beberapa jam aku dan kelaurgaku sampai di kebun binatang.
Binatang yang ada di sana sangat banayk terutama binatang buas.
Ada harimau, singa, beruang dan lain-lain.
"Hei, lihat ada monyet,"teriak Sinta.
"Wah, iya, ada monyet," kata Rauda.
Waktu telah berlalu lama. Hari juga sudah sore. Aku dan keluargaku pulang ke rumah.
Setelah aku sampai ke rumah, temanku datang ke rumahku untuk kerja kelompok.
Demikianlah karangan cerita saya dan terima kasih.
Karya Nawrah Izzatun Naja
See...? Betapa kuatnya gaya penuturan ceritanya. Meski sederhana dan singkat, tapi Icha sudah merasakan nikmatnya menulis. So enjoy your writing, Lik.
Selasa, 4 Desember yang tak juga habis-habis. WTH....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar