Belajar Memaparkan Setting


Dapur

Dapur di kantor saya membuat perasaan seperti sedang di rumah saja. Luas, terang dan piranti di dalamnya lengkap. Dengan luas ruangan sekitar 5 x 4 meter, dapur ini siap melayani kebutuhan karyawan dalam makan minum. Warnanya dominan putih diselingi silver pada beberapa alat seperti kran air, wastafel, kompor dan alat penghisap asap diatas kompor. Aksennya ada pada warna lantainya yang eye chacthing. Lantai berwarna coklat tua dengan motif seperti kayu. Memberi sentuhan alami di desain dapur yang secara keseluruhan modern.


Kitchen setnya juga berwarna putih. Menutupi hampir setengah bagian ruangan. Menempel di dinding dengan posisi letter L. Pada bagian bawah kitchen set, terdapat delapan laci besar, dipergunakan untuk menyimpan alat-alat masak  seperti panci, kuali dan lain-lain. Empat diantaranya laci dengan pintu buka tutup menyamping. Satu diantaranya lagi laci dengan pintu buka tutup dari atas ke bawah. Sementara dua  yang lainnya laci dorong tiga susun yang mengapit laci dimana kompor dan oven listrik berada.

Wastafel terletak di atas dua laci terujung sejajar dengan letak kompor. Di sebelah kompor terdapat beberapa botol berisi kecap, saos dan merica bubuk. Tepat diatas botol-botol itu menyorot cahaya lampu yang dipasang terintregrasi dengan laci kitchen set sebelah atas. Lalu di seberang kompor lainnya terdapat sebuah piring merah kosong yang juda disorot oleh sebuah lampu sejenis. Dan di sisi lain tak jauh dari piring itu berada, terdapat tiga buah toples khusus penyimpanan gula, kopi dan susu bubuk. Sebuah lampu menyorotkan cahaya dari bagian bawah kitchen set atas ke area dimana ketiga toples berada.

Kitchen set bagian atas hanya terdiri dari enam buah laci. Sebuah laci besar yang berdiri tepat diatas laci bawah di sisi kanan, menempel tanpa menyisakan ruang yang berfungsi sebagai meja diatasnya. Lima laci lainnya yang menggantung di dinding menyudut terletak di atas toples penyimpanan gula, piring, kompor dan berakhir di atas botol-botol bumbu. Laci besar, sebuah laci berukuran sedikit lebih kecil dan sebuah laci yang lebih kecil ukurannya terletak di sisi yang satu berimpitan dengan sudut dinding. Lalu laci kecil yang sama berimpitan di sudut dengan sebuah laci agak besar. Kemudian di sebelahnya terdapat alat penghisap asap yang terbuat dari stainless steel. Lalu di samping penghisap asap ada sebuah laci lagi yang berukuran sedang.






Kamar Mandi


Kamar mandi, ini adalah bagian yang saya sukai. Ia berukuran 2 x 3 meter. Menempati pojok kiri ruang rest room dengan desain minimalis. Tidak ada bak penampung air didalamnya, sebagaimana kamar mandi modern lainnya. Hanya terdapat sebuah selang shower yang terbuat dari metal bercat chrome warna silver di dinding sebelah kiri, dan sebuah kotak yang tertanam di dalam dinding satunya lagi. Saya belum tahu persis apa kegunaan kotak tersebut. Kamar mandi ini dilengkapi dengan fasilitas air panas dan air dingin tentunya. Akan sangat berguna untuk saya, yang hobby bike to work setiap hari. Pasti menyenangkan rasanya sehabis lelah berkeringat mengayuh sepeda, lalu mandi menggunakan shower air hangat. Tidak perlu kuatir antri, karena ada 3 kamar mandi seperti ini di kantor saya.

Lalu ada sebuah alat, yang  saya duga sebuah shower hanya saja tanpa selang yang menggantung seperti shower yang satunya. Berada tepat di atas kotak itu, berjarak kira-kira 80 sentimeter. Saya akan mencari tahu apa fungsinya besok-besok.

Yang membuatku menyukai kamar mandi ini adalah pintunya yang juga berfungsi sebagai pengganti salah satu dinding. Menggunakan kaca bening setebal  3 sentimeter, pintu itu membuat tampilan kamar mandi menjadi terasa wah. Jadi kamar mandi itu transparan. Jika kita lupa mengunci pintu rest room dan langsung mandi, bisa-bisa kita jadi tontonan gratis seisi kantor.

Dindingnya dilapisi marmer berwarna coklat agak abu-abu bermotif seperti kayu triplek plywood. Disusun mendatar sedemikian rupa seperti susunan batu bata pada tembok. Lebar marmer itu 40 x 80 sentimeter. Di tengah-tengah  dinding sebelah kanan yang ada kotak dan sebuah alat mirip shower itu, dindingnya dihiasi dengan aksen batu kali berwarna putih yang disusun rapi memanjang dari atas sampai bawah  dengan lebar sama persis dengan kotak itu. Kelihatan chic sekali. Bila kita melongok sedikit ke atas maka kita bisa lihat plafon berwarna putih bersih.

Lalu lantainya dibuat senada dengan aksen pada dinding. Alih-alih memakai lantai keramik seperti kamar mandi biasanya, kamar mandi ini menggunakan lantai yang terbuat dari susunan batu kali berwarna putih dan kecoklatan. Menjadikan kamar mandi itu bernuansakan alami. Kurang lebih berjarak 50 sentimeter dari dinding, ada sebuah lubang pembuangan air segaris dengan dinding beraksen batu kali tadi.
Kamar mandi seperti inilah yang saya inginkan, kelak kalau saya memiliki rumah.





Ruang Meeting


Ruang meeting di kantor saya yang baru dominan warna broken white. Mulai dari plafonnya, dinding, lantai dan furniturenya. Luasnya kurang lebih 80 meter persegi. Sekilas lebih mirip ruang kelas karena kursi dan mejanya disusun berbanjar 3. Masing –masing banjar terdiri dari sepuluh meja. Dan tiap meja memiliki dua kursi. Sehingga ruang meeting bisa menampung  30 orang. Desain meja dan kursinya simple dan modern. Meja terbuat dari plywood setebal 3 sentimeter dengan panjang kurang lebih 1,5 meter dan lebar 80 sentimeter. Disangga oleh satu batang besi alumunium berlapis chrome berwarna silver di kedua sisi kiri kanannya. Lalu kira-kira 20 sentimeter dari lantai batang alumunium itu disangga lagi oleh alumunium sejenis berbentuk lengkung yang berfungsi sebagai kaki meja. Yang kesemuanya dibungkus oleh semacam plastic hitam untuk melindungi lantai dari goresan besi penyangga meja tersebut. Sementara kursinya terbuat dari bahan seperti plastic tapi lebih solid dari kursi plastic biasa. Berwarna putih polos, tanpa busa di sandaran dan alas duduknya. Semuanya menghadap ke depan dimana terdapat sebuah layar proyektor menempel tepat di tengah-tengah di dinding.

 Tak jauh dari layar proyektor itu terdapat sebuah meja biro berwarna coklat muda. Diatasnya terdapat sebuah laptop yang tengah terbuka berwarna hitam. Meja itu menghadap ke arah meja kursi, membelakangi layar proyektor. Kemudian di samping meja biro itu terdapat sebuah buffet tempat penyimpanan barang-barang. Bufet itu tingginya sama dengan  meja. Namun panjangnya lebih sedikit dari pada meja. Terdiri dari dua sekat. Yang satu berfungsi sebagai rak buku, yang memiliki dua rak penyimpanan buku. Sedangkan satunya lagi berupa laci tunggal. Pintunya buka tutup, bukan dorong, berwarna putih polos. Sedangkan handelnya berwarna coklat muda senada dengan ply wood sebagai bahan dasar buffet tersebut. Diatas bufet itu ada sebuah globe berukuran besar, dan beberapa barang kecil lainnya.

Di atas plafon, tergantung sebuah in focus yang akan memproyeksikan presentasi-presentasi ke layar proyektor yang menempel di dinding depan. Pada plafon ini tertanam lampu-lampu yang bertebaran dengan jarak 2 meter. Lampu-lampu itu meringkuk dalam semacam mangkuk yang ditanam sedemikian rupa di dalam plafon. Sehingga yang terlihat hanya cahayanya saja membias terang keluar dari dalam mangkuk- mangkuk di atas plafon itu. Di sisi sebelah kanan ruang meeting itu terdapat jendela besar yang lebar dan panjangnya hampir memakan seluruh dinding itu. Membuat ruang meeting terasa lebih lega dan lapang.





Selasa Senja, 4 Desember 2012, saat galau hampir lingsir. Ini adalah usaha menyegarkan imaji yang kuyu dua mingguan ini. You can do it, Lik. With or without someone help you up.


Repost from My Facebook Notes, Waikabubak, 4 Desember 2012

1 komentar: